TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - PT Kapuas Prima Coal Tbk menargetkan operasional fasilitas pemurnian konsentrat atawa smelter timbal di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada Desember 2019. Sejalan dengan target tersebut, mereka akan meningkatkan kepemilikan saham atas PT Kapuas Prima Citra sebagai perusahaan pemilik smelter.
Komposisi pemilik saham Kapuas Prima Citra saat ini terdiri dari 30% Kapuas Prima Coal dan 70% PT Indonesia Royal Resources. Kapuas Prima Coal berniat mengakuisisi 40% bagian saham Indonesia Royal Resources seharga Rp 43,60 miliar.
• BPJS Kesehatan Menyiapkan Sanksi
Usai transaksi, porsi kepemilikannya akan naik menjadi 70%. "Kalau sudah jadi pemilik saham mayoritas, pendapatan dari Kapuas Prima Citra dapat langsung dikonsolidasikan ke laporan keuangan kami," ungkap Direktur Utama PT Kapuas Prima Coal Tbk Harjanto Widjaja, ditemui KONTAN, Jumat (18/10).
Asal tahu, smelter timbal Kapuas Prima Citra berpotensi menghasilkan 20.000 ton bullion pada Desember 2019 nanti. Namun sebelum berproduksi, smelter itu akan masuk uji operasional atawa commissioning pada November 2019. Kapuas Prima Coal mengklaim, kelak proyek tersebut menjadi smelter timbal yang pertama beroperasi di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Hendra Susanto William, Direktur Keuangan PT Kapuas Prima Coal Tbk menjelaskan, hasil penjualan timbal akan langsung berdampak terhadap kinerja keuangan. Dalam hitungan konservatif dia menakar, penjualan Kapuas Prima Coal sampai tutup 2019 nanti bisa menyentuh angka US$ 70,31 juta.
Dengan asumsi nilai tukar rupiah per dollar Amerika Serikat (AS) sebesar Rp 14.000 saja, proyeksi pendapatan konservatif itu setara dengan Rp 984,34 miliar. Dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun lalu sebesar Rp 754,55 miliar, perkiraan pendapatan tahun ini naik 30,45% year on year (yoy).
Asal tahu, smelter timbal bukan satu-satunya proyek Kapuas Prima Coal di Pangkalan Bun. Perusahaan berkode saham ZINC di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu juga sedang membangun smelter seng berkapasitas 30.000 ton ingot per tahun melalui PT Kobar Lamandau Mineral. Target uji operasional pada kuartal 2021. Sementara target produksi setahun setelahnya atau 2022.
• Andalkan KPR, Bank Genjot Konsumer
Hingga September 2019, tahap pengerjaan fisik sampai 58%. Dengan tahap pembangunan yang sudah lebih dari 50%, besaran tarif bea keluar Kapuas Prima Coal yang saat ini sebesar 5% akan berkurang jadi 0%. Makanya, manajemen perusahaan yakin laba bersih di masa mendatang akan membaik.
Akuisisi tambang
Demi mendukung penyelesaian konstruksi smelter seng, Kapuas Prima Coal berupaya menggalang dana sekitar US$ 80 juta—US$ 100 juta dari perbankan. Selain untuk membiayai pembangunan smelter seng, dana itu untuk membiayai operasional perusahaan
Tanpa menyebutkan identitas kreditur, mereka mengaku sedang dalam tahap due diligence alias uji tuntas dengan perbankan.
Adapun dalam jangka panjang, Kapuas Prima Coal berencana mengakuisisi perusahaan tambang lain. Agenda bisnis itu masuk dalam peta jalan bisnis selama 15 tahun yang sudah ditetapkan. Sementara target realisasi akuisisi nanti dalam rentang tahun 2020-2025 mendatang.
Sejauh ini, manajemen Kapuas Prima Coal dalam tahap pembicaraan awal dengan dua perusahaan tambang di Sumatra dan Kalimantan. Mereka masih menyimpan nama-nama perusahaan yang dibidik itu. "Namun, perusahaan yang akan diakuisisi nantinya bergerak di bidang penambangan komoditas yang sama dengan kami," tutur Hendra.
Selama semester I 2019, Kapuas Prima Coal memiliki dua pelanggan besar dengan nilai transaksi lebih dari 10% terhadap total penjualan. Keduanya yakni Merlion Resources Holdings Limited Hong Kong dan C&D Logistics Group Limited, China.
• Satu Jatah PDIP untuk Gerindra
GMFI Melebarkan Pasar Hingga ke Bangladesh
PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk menggelar ekspansi bisnis ke Bangladesh. Perusahaan berkode saham GMFI ini akan menyediakan layanan line maintenance yang menyasar maskapai penerbangan domestik dan internasional di Bangladesh maupun di kawasan Asia Selatan.
Dalam ekspansi tersebut, GMFI berkolaborasi dengan Intraco Ltd, perusahaan multinasional yang berbasis di Bangladesh. Intraco Ltd berkomitmen untuk mendukung penyediaan fasilitas penunjang bagi GMFI untuk kebutuhan ekspansi layanan line maintenance tersebut. Manajemen kedua perusahaan menandatangani nota kesepahaman untuk kerjasama ini di perhelatan Trade Expo Indonesia 2019 di ICE BSD, Jumat (18/10).
Kerjasama ini merupakan tindak lanjut dari keikutsertaan GMF pada ajang Indonesia Fair di Dhaka April 2019. Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk, Tazar Marta Kurniawan, menyampaikan kerjasama ini penting untuk memperluas pangsa pasar internasional.
"Ekspansi jaringan layanan GMFI di Bangladesh akan mendekatkan layanan GMFI dengan customer kami di Asia Selatan," jelas dia dalam keterangan resmi, Jumat (18/10).
Tazar mengemukakan pihaknya membuka lebar kesempatan bagi sektor penunjang industri perawatan pesawat untuk bermitra, baik dalam pengembangan bisnis maupun kerjasama strategis. Hal tersebut untuk mendukung percepatan pertumbuhan bisnis GMFI di masa depan.
"Kami ingin mewujudkan visi perusahaan menjadi Top 10 MRO (maintenance, repair, overhaul) di dunia," ungkap Tazar. (Harry Muthahhari/Dimas Andi Shadewo)
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul ZINC Siap Kuasai Smelter Timbal, https://manado.tribunnews.com/2019/10/21/zinc-siap-kuasai-smelter-timbal?page=2. Penulis: reporter_tm_cetak Editor: Lodie_Tombeg