Liputan6.com, Jakarta Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melakukan kerjasama dengan China ENFI Engineering Corporation (ENFI) yang dituangkan dalam Nota Kesepahaman (MoU) tentang proyek peleburan tembaga (smelter), yang rencananya akan dibangun di Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
BKPM dan ENFI akan berkolaborasi membantu dan mendukung rencana investasi dan pembangunan peleburan tembaga di Indonesia. Kapasitas peleburan tembaga yaitu Katoda Tembaga 400 ribu ton per tahun yang akan dibagi menjadi dua tahap.
Baca Juga
Industri 4.0 Nasional Maju Pesat, Daya Saing Global Meningkat
Dalam proyek ini, perusahaan akan melibatkan perusahaan lokal Indonesia sebagai mitra strategis, yakni PT Freeport Indonesia dan MIND ID.
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyambut baik China ENFI atas minat investasinya pada industri smelter tembaga di Papua. Dia berharap penandatanganan nota kesepahaman ini segera ditindaklanjuti untuk menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan.
"Setelah nota kesepahaman ini ditandatangani, saya minta kita tidak lama-lama proses implementasi. Nanti urusan perizinan dan insentif fiskal, BKPM yang akan bantu, selama proposal dari China ENFI adalah yang terbaik dan menguntungkan Freeport, China ENFI, dan Indonesia," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (14/4/2021)
Selain itu, Kepala BKPM juga menyatakan keseriusan pemerintah Indonesia dalam mendukung rencana investasi tersebut dan menjamin ketersediaan suplai bahan baku yang akan disediakan oleh PT Freeport Indonesia minimal 800 ribu ton per tahun.
2 dari 3 halaman Dukungan Menteri ESDM Smelter Optimal, Produksi Feronikel ANTM Tumbuh Perbesar Sampai dengan kuartal III tahun 2018, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatatkan pertumbuhan produksi feronikel menjadi sebesar 19.264 ton nikel
Sementara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, turut menyatakan dukungannya atas kerjasama BKPM dengan China ENFI dalam proyek peleburan tembaga tersebut.
Menurut dia, pengelolaan usaha pertambangan, termasuk pengelolaan mineral memiliki ciri modal yang padat, teknologi tinggi, dan adanya ketidakpastian. Oleh karena itu dibutuhkan kajian yang sangat mendalam, sehingga keekonomiannya dapat terhitung secara baik.
"Dengan adanya kerja sama dengan pemerintah Indonesia, yang dalam hal ini diwakili oleh BKPM dengan ENFI, kami harap dapat memberikan nilai tambah pembangunan fasilitas pemurnian tembaga yang kompetitif di Indonesia, pengelolaan industri berbasis tembaga lebih berkembang, dan mendorong industri lain demi kesejahteraan masyarakat," tuturnya.