Bos Freeport Beberkan Alasan Sebagian Tembaga Masih Diekspor
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) tengah membangun smelter tembaga di Kawasan Industri Terintegrasi JIIPE di Gresik, Jawa Timur.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, PTFI akan menghasilkan katoda tembaga sebesar 600.000 ton per tahun nantinya dari smelter tembaga yang mengolah 1,7 juta ton konsentrat per tahun ini.
Dalam program Mining Zone "Menggali Kontribusi Freeport untuk Papua dan Indonesia" CNBC Indonesia, Rabu (22/09/2021), dia pun menyampaikan harapannya agar industri domestik bisa tumbuh, sehingga produksi katoda tembaga perusahaan bisa diserap di dalam negeri.
"Harapannya industri lokal, industri domestik tumbuh, konsumsi katoda tembaga yang kami hasilkan," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (22/09/2021). Pilihan Redaksi
Dia mengatakan, dari smelter yang ada saat ini, yakni PT Smelting, menghasilkan 300.000 ton katoda tembaga per tahun dan separuh dari produksinya masih diekspor. Pasalnya, belum ada industri lanjutan yang menyerap produk katoda tembaga ini. Smelter PT Smelting merupakan kerja sama antara PT Freeport Indonesia dengan Mitsubishi Materials Corporation (MMC) di mana MMC merupakan pemegang saham mayoritasnya.
Dengan adanya smelter tembaga baru di JIIPE Gresik ini, maka artinya total katoda tembaga yang dihasilkan dari kedua smelter tembaga ini mencapai sekitar 900.000 ton per tahun.
Dengan adanya tambahan 600.000 ton katoda tembaga ini, pihaknya memperkirakan semua katoda ini akan diekspor jika tidak ada industri dalam negeri yang menyerap.
"PT Smelting saat ini yang 300.000 ton itu masih diekspor separuhnya. Jadi kalau ada tambahan 600.000 ton, kemungkinan akan diekspor semua," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, nilai tambah dari smelter tembaga berbeda dengan smelter nikel yang sangat besar. Smelter tembaga menurutnya nilai tambahnya yang paling besar berasal dari proses penambangan sampai dengan proses pengolahan menjadi konsentrat tembaga.
"Smelter tembaga sebenarnya nilai tambahnya yang paling besar dari proses penambangan sampai dengan proses pengolahan menjadi konsentrat tembaga," ujarnya.
Sementara proses dari konsentrat menjadi katoda tembaga, menurutnya nilai tambahnya sangat kecil. Namun, karena ini sudah menjadi komitmen dari perusahaan untuk perpanjangan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), maka perusahaan akan tetap melakukannya.
"Ini komitmen Freeport, sehingga itu memang perlu kita laksanakan dan akan kita laksanakan," tegasnya.