a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Bos PGN Buka-bukaan Soal Mahalnya Bangun Pipa Gas di RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memiliki pasokan gas melimpah dan juga pangsa pasar yang besar. Namun sayangnya, keterbatasan infrastruktur, terutama pipa untuk menyerap gas tersebut membuat pasokan yang melimpah ini tidak bisa dimanfaatkan secara optimal oleh rakyat Indonesia.

Ironisnya lagi, Indonesia malah memilih impor energi lainnya yakni Liquefied Petroleum Gas (LPG) dan bahan bakar minyak (BBM). Pada 2020, impor LPG bahkan mencapai 6,4 juta metrik ton (MT) dan impor BBM sebesar 111,8 juta barel.

Padahal, gas bisa dimanfaatkan untuk segala kepentingan, dari skala rumah tangga seperti melalui jaringan gas kota, industri, bahkan untuk sektor transportasi menggantikan BBM.

Lantas, apa penyebab utama Indonesia masih minim infrastruktur gas?

Suko Hartono, Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), pun membeberkan sejumlah kendala pembangunan infrastruktur gas, terutama pipa gas di Tanah Air.

Dia mengakui, di Indonesia suplai gas lebih banyak dibandingkan suplai minyak dan permintaannya pun cukup besar. Namun, imbuhnya, Indonesia memiliki keunikan yaitu posisi suplai gas berada jauh dari lokasi penyerap gas. Oleh karena itu, dibutuhkan infrastruktur untuk menghubungkan suplai dan permintaan gas tersebut.

Mengingat Indonesia ini negara kepulauan, maka menurutnya infrastruktur yang harus dibangun pun beragam, tidak cukup hanya melalui pipa. Dia menyebut, setidaknya ada tiga jenis infrastruktur yang perlu dibangun yakni pengangkutan gas melalui jalur darat menggunakan pipa, lalu melalui kapal LNG untuk mengangkut gas yang dicairkan, dan juga pengangkut Compressed Natural Gas (CNG).

"Agar suplai gas seperti LNG atau CNG ini bisa sampai ke demand, perlu dibawa oleh kapal. Namun itu saja nggak cukup, ada lagi storage (penyimpanan) yang perlu dibangun, lalu unit regasifikasi kalau LNG. Jadi, infrastruktur gas memang mahal," tuturnya di Jakarta, Senin (19/04/2021).
Baca: Jual Harga Gas US$ 6/MMBTU, PGN Minta Kompensasi

Dia mengungkapkan, PGN pun memperkirakan kebutuhan investasi untuk membangun infrastruktur gas di Tanah Air sampai 2026 mendatang mencapai US$ 4-5 miliar atau sekitar atau sekitar Rp 58 triliun-Rp 72,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$).

Mengingat besarnya dana yang diperlukan tersebut, maka perusahaan akan menggandeng mitra, sehingga investasi bisa ditanggung bersama.

"Kebutuhan investasi sampai 2026, kami butuh US$ 4-5 billion (miliar), tapi kami cari partner untuk dikerjakan bersama-sama," ungkapnya.

Dana tersebut akan digunakan untuk membangun setidaknya sembilan jaringan pipa gas, terutama pipa transmisi, dan 13 proyek pengangkutan non pipa seperti kapal LNG dan fasilitas regasifikasi. Proyek tersebut tercantum dalam Proyek Master Plan Infrastruktur Gas yang dibuat perusahaan.

"Master Plan ini akan kami lakukan sampai 2026," ujarnya.

Bila proyek infrastruktur gas ini sudah terbangun dan tersambung, maka menurutnya gas bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, bahkan sampai ke level rumah tangga, karena perusahaan juga akan membangun jaringan pipa gas distribusi dan jaringan gas kota (jargas).

"Sekarang kita bangun jargas. Harga gas bisa lebih murah (dibandingkan LPG). Dulu LPG karena memang paling mudah untuk bisa segera menggantikan minyak tanah," ujarnya.
Baca: PGN Butuh Duit Hingga Rp 72,5 T Buat Bangun Pipa

Berikut daftar proyek infrastruktur gas yang tercantum dalam Master Plan Infrastruktur Gas Indonesia hingga 2026:

Proyek pipa:
1. Pipa gas Dumai-Sei Mangke
2. Pipa gas WNTS-Pemping
3. Pipa gas Kilang Plaju
4. Pipa Integrasi SSWJ-WJA
5. Pipa gas Kilang Balongan
6. Pipa gas Cirebon-Semarang
7. Pipa Fasilitas Gas Lengo
8. Pipa gas smelter Freeport
9. Pipa gas Senipah-Kilang Balikpapan

Dari rencana sembilan proyek pipa, masih ada dua pipa transmisi yang belum dibangun atau belum ada progresnya, yakni pipa transmisi Dumai-Sei Mangke dan Cirebon-Semarang.

Sementara untuk proyek pengangkutan gas non pipa, antara lain:
1. Fasilitas LNG Cilacap
2. Regasifikasi Tuban
3. Fasilitas LNG Teluk Lamong
4. Regasifikasi LNG Smelter Antam
5. LNG Shipping Cluster Sumatera
6. LNG Shipping Cluster Kalimantan Barat
7. Iso Tank PLTMG Tanjung Selor
8. LNG Shipping Cluster Nusa Tenggara
9. LNG Shipping Cluster Sulawesi
10. LNG Shipping Cluster Maluku Utara
11. LNG Shipping Cluster Maluku
12. LNG Shipping Cluster Papua Utara
13. LNG Shipping Cluster Papua Selatan.