a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Erick Resmikan IBC, Sinyal Baik atau Biasa Saja buat ANTM Cs?

Erick Resmikan IBC, Sinyal Baik atau Biasa Saja buat ANTM Cs?
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten pertambangan pelat merah nasional PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) melesat 11,47% di posisi Rp 2.430/saham pada perdagangan Jumat lalu (26/3/2021). Bahkan nilai transaksi sahamnya tertinggi melampaui saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), yakni mencapai Rp 1,5 triliun dalam sehari.

Sentimen positif untuk saham ANTM datang dari diresmikannya pembentukan holding perusahaan baterai BUMN yaitu PT Indonesia Battery Corporation(IBC) oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir.

Pendirian perusahaan patungan antara empat BUMN ini bakal menelan biaya investasi hingga Rp 238 triliun atau US$ 17 miliar.

Masing-masing perusahaan BUMN yang terlibat yaitu

akan menguasai 25% saham IBC.

IBC rencananya ingin memiliki kapasitas mencapai 140 giga watt hour (GWh) dan 50 GWh diantaranya akan bisa diekspor. Lalu sisanya digunakan untuk produksi Electric Vehicle atau EV di Indonesia.

Erick Thohir menyebutkan IBC akan bekerjasama dengan dua produsen baterai yakni China's Contemporary Amperexc Technology (CATL) dan LG Chem Ltd.

Menurutnya tidak kalah penting untuk mengharapkan adanya alih teknologi dalam kerjasama ini. Dia menuturkan dalam perjanjian terdapat mengenai stabilitas pasokan baterai listrik di dunia untuk kebutuhan energi terbarukan dan power listrik di rumah.

Terbentuknya IBC, menurut Erick adalah transformasi kemajuan Indonesia di masa depan. Covid-19 juga dinilai mempercepat proses transformasi untuk industri baterai listrik.

Sebagai salah satu perusahaan tambang nasional, ANTM memiliki lini bisnis di bidang feronikel dan bijih nikel. Pada paruh pertama tahun lalu, pendapatan ANTM dari segmen ini mencapai Rp 2,11 triliun atau sekitar 23% dari seluruh pendapatan emiten.

Di sektor hulu, ANTM memiliki tiga tambang yang berlokasi di tambang Pomala, tambang Buli, tambang pulau Gag. ANTM memiliki pabrik pengolahan nikel di Pomalaa dan produk hilirnya adalah shot feronikel.

Saat ini ANTM memiliki dua proyek utama dalam pengembangan. Pertama adalah pabrik feronikel di Halmahera yang ditargetkan memiliki kapasitas 27.000 TNi per tahun. Pembangunan pabrik ini diestimasikan bakal menelan biaya Rp 3,5 triliun (di luar power plant).

Proyek kedua ialah Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah. SGA yang ditargetkan untuk diproduksi mencapai 1 juta ton dan menelan dana investasi mencapai US$ 850 juta.

ANTM juga secara konsisten terus berupaya melakukan kegiatan eksplorasi untuk mempertahankan sumberdaya dan cadangan mineral bauksit.

Berdasarkan laporan eksplorasi perusahaan per 17 Maret 2021, ANTM melakukan eksplorasi di tiga lokasi. Dua lokasi berada di Sulawesi Selatan yaitu Tapunopaka dan Pomalaa. Satunya lagi di Indonesia Timur yaitu Buli di Halmahera Timur.

Tahun lalu kinerja keuangan ANTM mengalami perbaikan.

Meskipun pendapatan usaha mengalami penurunan 16% menjadi Rp 27,37 triliun. Tahun sebelumnya pendapatan ANTM mencapai Rp 32,72 triliun. Hampir seluruh produk ANTM mengalami penurunan penjualan di sepanjang tahun lalu, mulai dari emas, feronikel, bijih bauksit, batu bara hingga perak.

Di saat penjualan turun 16% (yy) harga pokok penjualan pun mengalami penurunan dengan laju yang sama. Penurunan biaya produksi dipicu oleh penurunan pembelian logam mulia serta pemakaian bahan bakar.

Laba usaha ANTM melonjak signifikan dari Rp 955 miliar pada 2019 menjadi Rp 2,03 triliun. Laba usaha melesat 113% (yy). Kenaiakn laba usaha disebabkan oleh penurunan tajam beban penjualan dan pemasaran yang turun 63,1% (yy).

Laba tahun berjalan ANTM juga ikut terkerek signifikan dari Rp 193,8 miliar menjadi Rp 1,15 triliun pada tahun 2020. Laba tahun berjalan melompat 5,9x hanya dalam satu tahun.

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten pertambangan pelat merah nasional PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) melesat 11,47% di posisi Rp 2.430/saham pada perdagangan Jumat lalu (26/3/2021). Bahkan nilai transaksi sahamnya tertinggi melampaui saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), yakni mencapai Rp 1,5 triliun dalam sehari.

Sentimen positif untuk saham ANTM datang dari diresmikannya pembentukan holding perusahaan baterai BUMN yaitu PT Indonesia Battery Corporation(IBC) oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir.

Pendirian perusahaan patungan antara empat BUMN ini bakal menelan biaya investasi hingga Rp 238 triliun atau US$ 17 miliar.

Masing-masing perusahaan BUMN yang terlibat yaitu

akan menguasai 25% saham IBC.

IBC rencananya ingin memiliki kapasitas mencapai 140 giga watt hour (GWh) dan 50 GWh diantaranya akan bisa diekspor. Lalu sisanya digunakan untuk produksi Electric Vehicle atau EV di Indonesia.


Erick Thohir menyebutkan IBC akan bekerjasama dengan dua produsen baterai yakni China's Contemporary Amperexc Technology (CATL) dan LG Chem Ltd.

Menurutnya tidak kalah penting untuk mengharapkan adanya alih teknologi dalam kerjasama ini. Dia menuturkan dalam perjanjian terdapat mengenai stabilitas pasokan baterai listrik di dunia untuk kebutuhan energi terbarukan dan power listrik di rumah.

Terbentuknya IBC, menurut Erick adalah transformasi kemajuan Indonesia di masa depan. Covid-19 juga dinilai mempercepat proses transformasi untuk industri baterai listrik.

Sebagai salah satu perusahaan tambang nasional, ANTM memiliki lini bisnis di bidang feronikel dan bijih nikel. Pada paruh pertama tahun lalu, pendapatan ANTM dari segmen ini mencapai Rp 2,11 triliun atau sekitar 23% dari seluruh pendapatan emiten.

Di sektor hulu, ANTM memiliki tiga tambang yang berlokasi di tambang Pomala, tambang Buli, tambang pulau Gag. ANTM memiliki pabrik pengolahan nikel di Pomalaa dan produk hilirnya adalah shot feronikel.

Saat ini ANTM memiliki dua proyek utama dalam pengembangan. Pertama adalah pabrik feronikel di Halmahera yang ditargetkan memiliki kapasitas 27.000 TNi per tahun. Pembangunan pabrik ini diestimasikan bakal menelan biaya Rp 3,5 triliun (di luar power plant).

Proyek kedua ialah Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah. SGA yang ditargetkan untuk diproduksi mencapai 1 juta ton dan menelan dana investasi mencapai US$ 850 juta.

ANTM juga secara konsisten terus berupaya melakukan kegiatan eksplorasi untuk mempertahankan sumberdaya dan cadangan mineral bauksit.

Berdasarkan laporan eksplorasi perusahaan per 17 Maret 2021, ANTM melakukan eksplorasi di tiga lokasi. Dua lokasi berada di Sulawesi Selatan yaitu Tapunopaka dan Pomalaa. Satunya lagi di Indonesia Timur yaitu Buli di Halmahera Timur.

Tahun lalu kinerja keuangan ANTM mengalami perbaikan.

Meskipun pendapatan usaha mengalami penurunan 16% menjadi Rp 27,37 triliun. Tahun sebelumnya pendapatan ANTM mencapai Rp 32,72 triliun. Hampir seluruh produk ANTM mengalami penurunan penjualan di sepanjang tahun lalu, mulai dari emas, feronikel, bijih bauksit, batu bara hingga perak.

Di saat penjualan turun 16% (yy) harga pokok penjualan pun mengalami penurunan dengan laju yang sama. Penurunan biaya produksi dipicu oleh penurunan pembelian logam mulia serta pemakaian bahan bakar.

Laba usaha ANTM melonjak signifikan dari Rp 955 miliar pada 2019 menjadi Rp 2,03 triliun. Laba usaha melesat 113% (yy). Kenaiakn laba usaha disebabkan oleh penurunan tajam beban penjualan dan pemasaran yang turun 63,1% (yy).

Laba tahun berjalan ANTM juga ikut terkerek signifikan dari Rp 193,8 miliar menjadi Rp 1,15 triliun pada tahun 2020. Laba tahun berjalan melompat 5,9x hanya dalam satu tahun.