Harga 'Harta Karun' RI Meroket, Saham ANTM Dkk to The Moon
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten tambang nikel kompak melesat di zona penguatan pada pagi ini, Jumat (28/5/2021). Penguatan ini terjadi seiring kenaikan harga nikel dalam sepekan terakhir.
Berikut gerak saham nikel pagi ini, pukul 09.55 WIB.
Timah (TINS), saham +4,58%, ke Rp 1.600, transaksi Rp 56 M
Vale Indonesia (INCO), +3,92%, ke Rp 4.770, transaksi Rp 84 M
Aneka Tambang (ANTM), +2,93%, ke Rp 2.460, transaksi Rp 156 M
Central Omega Resources (DKFT), +2,52%, ke Rp 163, transaksi Rp 1 M
Harum Energy (HRUM), +2,45%, ke Rp 5.225, transaksi Rp 8 M
Pelat Timah Nusantara (NIKL), +2,18%, ke Rp 1.170, transaksi Rp 1 M
Trinitan Metals and Minerals (PURE), +0,95%, ke Rp 106, transaksi Rp 144 juta
Berdasarkan data di atas, trio TINS-INCO-ANTM menjadi pemuncak 'klasemen' pagi ini.Saham TINS melonjak 4,58% ke RP 1.600/saham dengan nilai transaksi Rp 56 miliar.
Seiring dengan penguatan ini, saham TINS ramai diborong oleh asing dengan catatan nilai jual bersih Rp 7,22 miliar.
Penguatan ini membuat saham TINS berhasil melonjak selama 3 hari beruntun, atau sejak Selasa (25/5) lalu.
Namun, kendati menguat, dalam sepekan saham TINS ambles 3,64%, sementara dalam sebulan melorot 1,54%.
Baca: ANTM Kegeser! 10 Saham Ini Paling Favorit Trading Sebulan
Saham INCO membuntuti saham TINS di posisi kedua, dengan lonjakan 3,92% ke Rp 4.700/saham. Nilai transaksi saham INCO tercatat sebesar Rp 84 miliar.
Dalam sepekan saham INCO melorot 1,46%, sementara dalam sebulan naik 9,98%.
Kemudian, ada saham ANTM yang terkerek 2,93% ke Rp 2.460/saham dengan nilai transaksi Rp 156 miliar. Penguatan ini melanjutkan kenaikan sejak Selasa (25/5) minggu ini.
Dalam 5 hari perdagangan terakhir saham ANTM naik tipis 1,65%, sementara dalam sebulan terapresiasi 2,93%.
Menilik data London Metal Exchange (LME), harga nikel kontrak tiga bulan tercatat naik 1,23% menjadi US$ 1.7410/ton pada perdagangan kemarin. Sementara dalam sepekan terakhir, harga nikel cenderung naik dengan lonjakan mencapai 3,5%.
Selain sentimen harga nikel, saham-saham nikel diguyur kabar baik lainnya, mengenai perkembangan proyek pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik.
Diwartakan CNBC Indonesia, Senin (24/5), rencana pemerintah membangun industri baterai kendaraan listrik terintegrasi semakin ada titik cerah, ditandai dengan rencana pemasangan tiang pancang (groundbreaking) pabrik IBC dan konsorsium perusahaan asal Korea Selatan (Korsel) LG di Kota Deltamas, Bekasi, Jawa Barat dalam waktu dekat ini.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, pembangunan tahap pertama ini memiliki kapasitas produksi baterai mencapai 10 Giga Watt hours (GWh), yang nantinya akan dipakai untuk kendaraan listrik dari Hyundai.
Tahap ini merupakan tindak lanjut penandatanganan Heads of Agreement (HoA) atau Kesepakatan Pokok proyek investasi baterai terintegrasi antara IBC dengan LG pada bulan lalu (29/4/2021) di kantor Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta.
Bahlil menyebut, investasi strategis di industri sel baterai kendaraan listrik ini merupakan yang pertama dilakukan dalam sepanjang sejarah Republik Indonesia. Pabrik ini terintegrasi dengan fasilitas penambangan, peleburan (smelter), pemurnian (refining) serta industri precursor dan katoda.
Menurutnya, fasilitas produksi baterai listrik terintegrasi ini akan menjadi yang pertama di Asia dan bahkan di dunia. Nilai investasi diperkirakan mencapai US$ 9,8 miliar atau sekitar Rp 140 triliun.
Bahlil menyambut gembira atas kemajuan investasi LG tersebut, mengingat upaya strategis untuk membangun hilirisasi industri pertambangan logam merupakan proses yang panjang dan tidak mudah, karena melibatkan berbagai pemangku kepentingan, baik di dalam maupun luar negeri.
"Setelah melalui proses panjang, kami bersyukur proses groundbreaking ini akhirnya akan segera dimulai. Pekerjaan ke depan akan semakin besar untuk membangun industri baterai yang terintegrasi di Indonesia. Kami berkomitmen untuk terus mengawal proses ini dan memohon dukungan dari semua pihak untuk mewujudkan industri baterai listrik di Indonesia yang terintegrasi dan berorientasi ekspor," tuturnya dalam keterangan resmi Kementerian Investasi/ BKPM, Senin (24/5/2021).
Sebagaimana diketahui, cikal bakal kerja sama antara IBC dan LG dimulai pada 2019 ketika Presiden Joko Widodo dan Presiden Korsel Moon Jae In bertemu di Busan, Korsel pada 25 November 2019. Setelah melalui rangkaian proses penjajakan, negosiasi dan studi, Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) pun ditandatangani pada 18 Desember 2020 di Seoul.
Baca: Ini Dia Sederet Saham yang Bisa Bawa IHSG 'Pesta Pora'
Setelah HoA disepakati pada 29 April 2021, selanjutnya konsorsium melakukan Studi Gabungan (Joint Study), penyusunan perjanjian pemegang saham, dan perjanjian pendirian perusahaan. Ketiga proses tersebut ditargetkan segera tuntas, sehingga groundbreaking pabrik bisa dijalankan segera dalam waktu dekat ini.
Saat ini Kementerian Investasi sedang melakukan finalisasi MoU antara pihak di Cikarang (Hyundai) untuk merampungkan rencana joint venture (JV) pembangunan pabrik baterai sel (cell battery) untuk kendaraan listrik tersebut.
Investasi yang akan digelentorkan untuk pembangunan pabrik ini sebesar US$ 1,2 miliar. Pabrik tersebut rencananya akan menempati lahan seluas 33 hektare dan menyerap 1.000 tenaga kerja Indonesia.