KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga timah di Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) mencatat rekor tertinggi di level US$ 37.760 per metrik ton.
Dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, menurut ICDX, ada dua katalis yang mempengaruhi pergerakan harga timah. Yakni, meredanya tingkat kasus Covid-19 yang mendorong pemulihan ekonomi global yang memicu aktivitas industri manufaktur kembali bangkit. “Sebagai komoditi yang banyak diaplikasikan dalam industri dan manufaktur, tentunya permintaan timah juga ikut naik,” tulis ICDX.
Di saat bersamaan, krisis energi yang melanda dunia saat ini juga turut mendongkrak kenaikan harga dasar untuk semua lini dari hulu hingga hilir, termasuk timah. Kenaikan terjadi mulai dari sisi penambangan, operasi produksi hingga biaya logistik karena menggunakan minyak mentah dalam prosesnya.
Harga timah ICDX berhasil mencapai di atas harga London Metal Exchange (LME) yang hingga Selasa (12/10) berada di US$ 37.755 per metrik ton. Hingga kuartal III/2021, ICDX mencatatkan total ekspor timah sebesar 22.084,31 metrik ton, dengan total nilai lebih dari Rp 9,7 triliun.
Baca Juga: Mengukur dampak dan risiko krisis energi terhadap pasar komoditas
Menurut ICDX, jumlah ini melebihi transaksi pada semester I/2021 lalu, dan ini menunjukkan bahwa kinerja ekspor timah terus meningkat didorong oleh kembali dibukanya kegiatan ekonomi negara tujuan ekspor, dan meningkatnya produksi smelter.
Kepala Logistik ICDX Bambang Setioso optimistis harga timah masih akan menguat hingga akhir tahun 2021. “ICDX akan terus mengupayakan agar salah satu komoditas strategis Indonesia ini dapat menjadi sentra acuan bagi pelaku pasar global sehingga tidak perlu bergantung pada pasar di luar negeri,” kata Bambang.
Kenaikan harga timah ICDX juga diikuti dengan kenaikan kontrak timah tujuan ekspor (TINPB) yang tercatat naik rata-rata 61%, dan kontrak timah tujuan dalam negeri (LTINPB) tercatat naik rata-rata 78% pada kuartal III/2021 lalu.
Melihat hal tersebut, Research & Development ICDX memproyeksikan harga timah hingga akhir tahun berpotensi menyentuh level resistance di kisaran US$ 39.000–US$ 40.000 per metrik ton dan level support di kisaran harga US$ 35.000–34.000 per metrik ton.
Berdasarkan data United States Geological Survey (USGS) 2021, saat ini Indonesia menguasai 18,43% cadangan timah dunia, kedua terbesar setelah China. Tidak hanya itu, Indonesia juga berada pada urutan kedua sebagai negara produsen timah terbesar yakni 24,51%.