PANGKALPINANG,www.wowbabel.com -- Harga komoditas logam masih dalam tekanan olek Indeks Dolar Amerika Serikat yang kuat di tengah meningkatnya kekhawatiran dampak kebangkitan Covid-19 di Eropa dan China. Namun kekhawatiran pasar tidak berlaku dengan logam timah yang mencatat kenaikan baik di Pasar London maupun Shanghai pada Senin, (8/11/2021).
Harga logam tiga bulan di London Metal Exchange (LME) seperti zinc yang paling terpengaruh, turun 1,1% menjadi US$3.190 per ton dari US$3.228,50 per ton Jumat lalu.
“Timah adalah satu-satunya logam yang naik sedikit pada 8 November, pada US$37.125 per ton, naik dari US$37.060 per ton pada penutupan Jumat lalu. Dolar yang lebih kuat, tidak diragukan lagi, merupakan pengaruh secara keseluruhan terhadap harga komoditas berjangka,” kata nalis pasar Fast Markets dalam laporan sore, Senin (8/11/2021).
Sedangkan harga logam nonbesi di pasar Shanghai Futures Exchange (SHFE) ditutup dengan kinerja beragam. Pasar logam di SHFE lebih sepi. Tembaga naik 0,72%, aluminium naik tipis 0,24%, timbal turun 0,8%, seng turun 0,46%, timah naik 0,15%, dan nikel melonjak 0,97%.
Timah SHFE ditutup naik 400 yuan per metrik ton pada 275.710 yuan dengan open interest turun 3.843 lot menjadi 37.244 lot. Kenaikan harga timah tidak lepas darai perkiraan produksi pada November 2021.
Para analis pasar timah mengatakan produksi timah di negara produsen utama seperti China pada bulan November diperkirakan akan turun dari Oktober karena beberapa pabrik peleburan akan menurunkan tingkat operasi mereka di tengah penjatahan listrik dan pasokan bahan baku yang ketat.
Pasokan timah pada bulan Oktober masih lebih tinggi dari pada bulan September. Sementara itu, persediaan dalam negeri China masih meningkat menjelang pengiriman dan premi spot masih tetap tinggi.
“Dengan demikian, harga timah jangka pendek akan tetap kuat karena persediaan yang rendah dan premi spot yang tinggi,” kata analis SMM.
Pada bulan Oktober, produksi timah China mencapai 14.443 metrik ton, naik 10,95% dari September. Beberapa pabrik peleburan di China sedikit menurunkan tingkat operasi karena kekurangan bahan baku, sementara sebagian besar pabrik peleburan meningkatkan produksi.
Beberapa smelter di Guangxi menangguhkan produksi seng untuk memulihkan produksi timah di tengah pengurangan penjatahan listrik. Hasil produksi di Jiangxi sebagian besar tidak berubah, karena penjatahan energi pada akhir Oktober lebih singkat.
SMM melaporkan, produksi timah olahan di Yunnan dan Jiangxi diperkirakan akan tetap stabil di bulan November karena tidak ada rencana untuk ekspansi produksi. Produksi dari Guangxi kemungkinan akan turun 700 metrik ton karena kekurangan bahan baku. (*)