Indonesia Ekspor Smelter Grade Alumina ke Tiongkok Senilai Rp104 Miliar
IDXChannel - Indonesia melakukan ekspor perdana tahun 2022 Smelter Grade Alumina (SGA) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Bintan, Nilai dari ekspor perdana pada tahun 2022 ini mencapai Rp104 Miliar dengan volume 21.001 ton.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan IIndustri utama dalam KEK Galang Batang adalah smelter untuk pengolahan bauksit yang dilakukan oleh PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) yang akan melepaskan ekspor perdana Smelter Grade Alumina (SGA) tahun 2022 dengan tujuan Tiongkok.
"Selanjutnya, telah juga dijadwalkan untuk ekspor dengan tujuan Tiongkok dan Malaysia," kata Airlangga di Jakarta, Selasa (25/1/2022).
KEK Galang Batang merupakan sentra choke point Selat Malaka, berdekatan dengan Batam Free Trade Zone dan Selat Philip. Lokasi KEK Galang Batang mempunyai akses langsung dengan Selat Malaka dan Laut China Selatan. Lokasi strategis ini menjadi keuntungan dalam menciptakan peluang bisnis, sehingga ke depannya KEK Galang Batang diharapkan mampu memberikan dampak bagi perekonomian nasional melalui hilirisasi bauksit, industri ringan, dan logistik modern yang ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan program hilirisasi industri.
PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) mengekspor produk Smelter Grade Alumina (SGA) yang merupakan pengolahan dari bauksit, dan di masa yang akan datang PT BAI akan mengembangkan hilirisasi sampai aluminium ingot. Untuk tahun ini, PT BAI akan memproduksi Smelter Grade Alumina sebesar 1 juta ton. Selanjutnya, tahun ini akan diselesaikan pengembangan untuk mencapai produksi sebanyak 2 juta ton. Sementara untuk produksi aluminium ingot direncanakan dapat berproduksi pada tahun 2025 dengan produksi sebanyak 400 ribu ton per tahun.
“Produksi smelter grade alumina dan aluminium ingot di masa yang akan datang, akan mempercepat hilirisasi bauksit ke aluminium ingot yang diperlukan industri dalam negeri untuk berbagai jenis produk, seperti pelat, billet, scrap, dan bentuk profil yang akan diperlukan dalam banyak proses industri seperti pesawat terbang, kapal, otomotif, dan konstruksi,” ujar Menko Airlangga. BACA JUGA: Bisnis Bauksit dan Alumina Rugi Rp507,4 Miliar, Antam (ANTM) Beri Penjelasan
Pemerintah mendorong hilirisasi industri agar dapat menciptakan nilai tambah yang jauh lebih besar dan berkontribusi positif pada perekonomian nasional. Sebagai contoh, peningkatan nilai tambah dari bauksit sampai dengan aluminium ingot sebagai berikut: setiap 6 ton bauksit yang diolah akan menghasilkan 2 ton Smelter Grade Alumina dan setiap 2 ton SGA yang diolah akan menghasilkan 1 ton aluminium ingot. Sehingga, setiap ton aluminium ingot membutuhkan 6 ton bauksit.
"Apalagi dihitung secara nilai, gambarannya adalah sebagai berikut: Harga per ton bauksit saat ini adalah USD31,37 maka untuk setiap 6 ton bauksit seharga USD188,22," katanya.
Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk mempercepat hilirisasi bahan tambang untuk menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Selain itu, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari hilirisasi berupa pajak dari perusahaan, penerimaan negara dan memperluas lapangan kerja. (TIA)