Investasi Rp 2 T, Kapan Smelter Nikel Harum Energy Kelar?
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pertambangan batu bara milik taipan Kiki Barki yang melakukan penambangan di Kalimantan Timur, PT Harum Energy Tbk (HRUM), mengatakan telah melakukan investasi sebesar US$ 149 juta (Rp 2,16 triliun, kurs Rp 14.500/US$) dalam rangka diversifikasi bisnis pertambangan nikel.
Keterangan ini disebutkan oleh manajemen HRUM dari laporan pelaksanaan paparan publik (public expose) yang sudah dilaksanakan Selasa, 8 Juni 2021.
Manajemen HRUM mengatakan investasi US$ 149 juta tersebut terbagi menjadi US$ 80 juta (Rp 1,16 triliun) untuk akuisisi PT Position dan US$ 69 juta (Rp 1 triliun) untuk akuisisi saham PT Infei Metal Industry (smelter nikel).
Selain kedua perusahaan dalam negeri tersebut terdapat pula akuisisi tambahan melalui pembelian saham di perusahaan produsen Nickel Pig Iron (NPI) asal Australia, Nickel Mines Limited, sebesar AU$ 45 juta atau setara Rp 472,50 miliar (kurs 10.500).
Baca: Emiten Mertua Syahrini Dicecar BEI, Free Float-Utang Rp 507 M
Akuisisi PT Position menjadikan HRUM memiliki saham sebesar 51% yang telah dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan perusahaan.
Meskipun telah menjadi pemegang saham mayoritas, PT Position yang aset utamanya berupa properti pertambangan diharapkan baru dapat beroperasi secara komersial pada semester kedua tahun 2022 yang proses konstruksi penambangan nikel telah dimulai sejak akhir tahun 2020.
Sedangkan untuk bisnis smelter (pemurnian), saat ini kepemilikan saham perseroan secara tidak langsung di PT Infei Metal Industry adalah sebesar 24,5%.
Infei Metal Industry rencananya akan memproses bijih nikel yang kelak ditambang dari PT Position untuk kemudian diproses lebih lanjut.
Saat ini, HRUM menjelaskan rencana pemurnian nikel hanya pada tahap produksi Nickel Pig Iron dan selebihnya masih dalam tahap penjajakan.
Terkait operasional Infei Metal Industry, manajemen HRUM mengatakan smelter diharapkan dapat beroperasi secara komersial pada kuartal pertama tahun 2022 sehingga kontribusinya mungkin dapat terlihat pada tahun 2023.
Pihak manajemen berharap dengan harga nikel dan batu bara saat ini kontribusi nikel akan sebanding dengan kontribusi dari bisnis batu bara di tahun 2023.
Smelter 2022
Manajemen mengungkapkan, konstruksi penambangan nikel telah dimulai sejak akhir tahun 2020. Pada saat ini, berdasarkan status konstruksi terakhir, diharapkan smelter dapat beroperasi secara komersial pada kuartal pertama tahun 2022.
"Investasi yang sudah perseroan lakukan adalah sebesar US$ 69 juta dengan porsi kepemilikan saham sebesar 24,5%. Tidak tertutup kemungkinan jika di kemudian hari kepemilikan tersebut dapat ditingkatkan dengan valuasi yang kurang lebih setara dengan investasi pertama tersebut," tulis manajemen HRUM.
Manajemen menjelaskan, pada saat ini, dengan harga batu bara yang sangat tinggi, kontribusi batu bara pada tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Apabila harga batu bara konstan pada level saat ini, tentunya akan mempengaruhi kontribusi relatif dari bisnis nikel terhadap batubara.
Namun demikian, sesuai rencana operasi komersial pabrik smelter pada kuartal pertama tahun 2022 yang kontribusi nya mungkin dapat terlihat pada tahun 2023, diharapkan dengan harga nikel dan batu bara saat ini kontribusi nikel akan sebanding dengan kontribusi dari bisnis batubara di tahun 2023.
Laba Bersih
HRUM juga mengatakan perseroan akan terus menjajaki peluang investasi ekspansi di sektor bisnis nikel terutama di sektor pemurnian atau di sektor hilir, untuk meningkatkan nilai tambah dari bisnis nikel perseroan.
Dengan begitu, tidak tertutup kemungkinan bagi HRUM untuk menambah kepemilikan saham di Nickel Mines Limited tergantung dari kondisi pasar dan ketersediaan dana.
Berdasarkan laporan keuangan 2020, emiten yang juga melakukan kegiatan logistik tambang ini mencetak laba bersih sebesar US$ 59 juta atau setara dengan Rp 855,50 miliar (kurs 14.500/US$), melesat 218,92% jika dibandingkan dengan tahun 2019 laba bersih US$ 18,5 juta atau setara Rp 268,25 miliar.
Peningkatan laba ini berbanding terbalik dengan turunnya pendapatan perusahaan dari penjualan pada tahun 2020.
Penjualan turun 39,9% dari US$ 262,59 juta atau setara Rp 3,80 triliun pada tahun 2019 menjadi US$ 157,82 juta atau setara Rp 2,29 triliun pada 2020.
Sedangkan pada kuartal pertama tahun ini, laba bersih HRUM tercatat melonjak secara signifikan sebesar 2.044,38%. Angka tersebut tumbuh dari US$ 821,38 ribu (Rp 11,91 miliar) pada triwulan I 2019, menjadi US$ 17,61 juta (Rp 255,34 miliar) pada periode yang sama 2021.
Nickel Mines Limited adalah perusahaan publik Australia yang merupakan produsen nikel pig iron (NPI) berbiaya rendah yang signifikan secara global. NPI merupakan bahan utama dalam produksi baja tahan karat.
Berdasarkan keterangan tertulis di Bursa Efek Indonesia (17/5), per tanggal 12 Mei 2021 HRUM memiliki 6,74% dari seluruh modal ditempatkan dalam Nickel Mines Limited.
Pada penutupan perdagangan Senin (12/7) di pasar modal, saham HRUM ditutup stagnan di harga Rp 5.150/saham dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 13,92 triliun.
Dalam sepekan saham ini naik 1,98%, selama sebulan terkoreksi 4,19% dan sejak awal tahun telah tumbuh hingga 72,82%.