a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Jokowi Sebut Tambang RI Dinikmati Spanyol-Jepang, Faktanya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung bahwa hasil tambang RI, terutama tembaga, selama ini dinikmati oleh negara lain, seperti Spanyol dan Jepang.

Hal tersebut diungkapkan Jokowi saat menyaksikan groundbreaking smelter tembaga PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus JIIPE, Gresik, Jawa Timur, kemarin, Selasa (12/10/2021).

Jokowi menyayangkan hal tersebut, karena itu artinya Indonesia tidak memiliki nilai tambah dari 'harta karun' di negeri ini. Apalagi, Indonesia merupakan pemilik cadangan tembaga terbesar ketujuh di dunia. Tapi sayangnya, yang menikmati nilai tambahnya adalah negara lain.

"Jangan sampai kita memiliki tambang, konsentrat, smelter hilirisasi ada di negara lain, ada di Spanyol, Jepang, nilai tambahnya yang menikmati mereka," tuturnya dalam acara "Groundbreaking Pembangunan Smelter PT Freeport Indonesia" di Kawasan Ekonomi Khusus Gresik, Jawa Timur, Selasa (12/10/2021).

Lantas, benarkah selama ini konsentrat tembaga RI dinikmati Spanyol dan Jepang?

Perlu diketahui, konsentrat tembaga merupakan hasil pengolahan dari bijih tembaga. Setiap perusahaan tembaga di dalam negeri, termasuk PT Freeport Indonesia, memiliki pabrik pengolahan bijih menjadi konsentrat di dekat area tambangnya. Namun, ini bisa dikatakan baru barang setengah jadi, belum menjadi logam. Adapun kandungan logam tembaga (Cu) dalam konsentrat baru sekitar 25%.

Konsentrat tembaga ini harus dimurnikan lagi di fasilitas pemurnian (smelter) sehingga berubah menjadi logam atau katoda tembaga. Adapun kandungan logam setelah menjadi katoda yakni bisa sampai 99,9%.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), produksi konsentrat tembaga sejak 2015-2019 terlihat ada penurunan, karena adanya penurunan produksi di PT Freeport Indonesia.

Per 2019, produksi konsentrat tembaga nasional tercatat sebesar 1,64 juta ton, turun dibandingkan 2015 yang sebesar 2,42 juta ton. Namun, karena belum cukupnya kapasitas pemurnian (smelter) konsentrat menjadi katoda di dalam negeri, maka sebagian konsentrat diekspor keluar negeri.

Perlu diketahui, saat ini baru ada dua smelter tembaga yang mengolah konsentrat menjadi katoda tembaga di dalam negeri, yakni PT Smelting dan PT Batutua Tembaga Raya. Namun, kapasitas terbesar terdapat di PT Smelting.

PT Smelting merupakan perusahaan patungan antara PT Freeport Indonesia (25%) dengan sejumlah perusahaan Jepang, yakni Mistubishi Materials Corporation (60,5%), Mitsubishi Corporation Unimetal Ltd (9,5%), dan Nippon Mining and Metals Co. Ltd. (5%).

Perusahaan patungan PT Smelting ini didirikan pada 1996 dan produksi perdana dimulai sejak 28 Mei 1999. Konstruksi smelter yang juga berlokasi di Gresik, Jawa Timur ini saat itu memakan biaya investasi sekitar US$ 500 juta, dengan kapasitas awal hanya mengolah 660 ribu ton konsentrat tembaga per tahun dan menghasilkan sekitar 200 ribu ton katoda tembaga per tahun.

PT Smelting kini mengolah dan memurnikan 1 juta ton konsentrat tembaga menjadi 300 ribu ton katoda tembaga per tahun. Smelter ini mengolah 40% dari produksi konsentrat tembaga Freeport, sehingga 60% konsentrat tembaga Freeport masih diekspor.

Selain mengolah konsentrat PT Freeport Indonesia, PT Smelting juga mengolah konsentrat tembaga dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT)/ dulu bernama PT Newmont Nusa Tenggara.

Berdasarkan data dari Kementerian ESDM tersebut, dari produksi konsentrat tembaga sekitar 1,6 juta ton pada 2019, sebanyak 1,35 juta ton berasal dari PT Freeport Indonesia (dengan kandungan logam tembaga/ Cu 22,52%) dan 294 ribu ton dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara (kandungan Cu 20,62%).

Berikut data produksi dan ekspor konsentrat tembaga RI selama 2015-2019:

Produksi:
2015: 2.419.950 ton
2016: 2.666.053 ton
2017: 2.299.449 ton
2018: 2.523.002 ton
2019: 1.644.770 ton

Ekspor:
2015: 1.722.958 ton
2016: 1.761.986 ton
2017: 1.455.106 ton
2018: 1.279.943 ton
2019: 666.815 ton

Diolah di Smelter Domestik (PT Smelting):
2015: 630.824 ton
2016: 858.632 ton
2017: 886.313 ton
2018: 754.643 ton
2019: 1.135.710 ton.