a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Kawasan Ekonomi Gresik Dukung Pembangunan Industri Manufaktur

GRESIK, KOMPAS — Kawasan Ekonomi Khusus Gresik atau Java Integrated Industrial Port and Estate, Jawa Timur, dukung pengembangan industri manufaktur. Dari sekitar 3.000 hektar luas JIIPE, 1.761 ha di antaranya berupa kawasan industri. Sisanya, sekitar 400 ha, merupakan kawasan pelabuhan dan 800 ha kawasan residensial dan komersial pendukung.

Business Development Sales and Marketing Domestic General Manager PT Berkah Kawasan Manyar Sejahtera, selaku pengelola KEK Gresik, Iskandar JK Rares, Rabu (30/9/2021), melalui sambungan telepon, mengatakan, perpaduan antara fasilitas di JIIPE dan kemudahan dalam KEK mendukung pengembangan industri di Indonesia, khususnya Jawa Timur.

”Dari 19 KEK di Indonesia, ada beberapa yang tipe KEK-nya untuk manufaktur, salah satunya di Gresik (JIIPE) yang menitikberatkan teknologi dan manufaktur. Sejauh mana manfaatnya bagi pelaku usaha industri manufaktur, jelas besar,” ujarnya.

JIIPE didirikan oleh PT AKR Corporindo Tbk lewat anak perusahaannya, PT Usaha Era Pratama Nusantara bersama PT Pelindo 3 di bawah anak perusahaannya, PT Berlian Jasa Terminal Indonesia. JIIPE ditetapkan sebagai KEK Gresik melalui Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2021 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo 28 Juni 2021.
Kompas/Bahana Patria Gupta

Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Jumat (3/9/2021). JIIPE terdiri atas 3.000 ha yang terbagi menjadi Kawasan Industri 1.800 ha, Deep Seaport 400 ha, dan Kawasan Perumahan 800 ha. JIIPE adalah proyek terintegrasi skala besar pertama di Indonesia yang menggabungkan pelabuhan laut dalam, kawasan industri modern dengan infrastruktur berkualitas tinggi, dan kota perumahan berstandar internasional. Terhubung dengan baik ke berbagai tujuan di Jawa dan bagian lain Indonesia melalui laut, jalan tol, dan kereta api, dan ke seluruh dunia oleh pelabuhan laut yang dalam.

Menurut Iskandar, fasilitas KEK dibuat untuk mempermudah proses bisnis pelaku usaha, baik melalui perizinan, pertanahan dalam hal modal mendirikan industri, dan manfaat fiskal dan nonfiskal—dari sisi perpajakan, kepabeanan, cukai—dapat insentif.

”Pajak dia bisa dapat tax holiday dengan sifat progresif. Kalau investasinya sekian miliar, dia dapat tax holiday sampai 10 tahun. Begitu pula seterusnya. Selain tax holiday dia juga dapat insentif pajak. Intinya perpajakan yang selama ini dikenakan pada pelaku usaha dapat insentif sesuai ketentuan,” ucapnya.

Di luar itu, utilitas dan infrastruktur pendukung, seperti pelabuhan ideal bagi pelaku usaha. Sejauh ini, dari 15 tenan yang bergabung dengan JIIPE, lima di antaranya sudah beroperasi. Lima perusahaan itu adalah Unichem Candi Indonesia, Adhimix PCI Indonesia, Clariant Adsorbents Indonesia, Nippon Indosari Corpindo, dan Fertilizer Inti Technology.

Selain itu, ada PT Freeport Indonesia yang akan segera mulai membangun konstruksi smelter dan dua perusahaan lagi yang akan melakukan konstruksi tahun depan.

KEK Gresik, lanjut Iskandar, juga mendapat respons dari pelaku usaha di dalam dan luar negeri. Dari luar negeri, dia mencontohkan, seperti industri vaksin, pabrik kaca, besi dan baja. Sementara dari dalam negeri ada petrokimia, minyak sawit, dan smelting.

KEK yang diresmikan 28 Juni 2021 itu memiliki lima kluster, yakni logistik dan industri pendukung, metal, kimia, elektronik, dan energi. Target investasi di JIIPE berkembang. Dalam jangka waktu lima tahun pertama, nilai total investasi diharapkan kurang lebih Rp 7 triliun.

JIIPE sendiri diklaim memiliki lokasi strategis. Lokasinya bisa ditempuh melalui tiga moda transportasi, yakni Jalan Deandles sejauh 3,5 kilometer (km) dari pintu tol Manyar (Surabaya-Gresik).
Kompas/Bahana Patria Gupta

Truk melintas di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Jumat (3/9/2021). JIIPE terdiri dari 3.000 ha yang terbagi menjadi Kawasan Industri 1.800 ha, Deep Seaport 400 ha, dan Kawasan Perumahan 800 ha.

Sesuai rencana pengembangan jangka panjang pengembangan kawasan pesisir utara Jatim, Jalan Deandles ada rencana diperluas. Ke depan juga bakal ada tol Krian-Legundi-Manyar. Saat ini pembangunan tol baru Bunder-Manyar (baru sampai Kebomas sepanjang 30 km dari total 39 km). Menurut rencana, penyambungan akan dilanjutkan 2022.

”Ada juga rel kereta. PT Kereta Api Indonesia sudah memberikan feasibility study untuk mengoneksikan jalur kereta dari Duduksampean, Gresik, ke JIIPE sepanjang 11 km,” katanya.

Untuk kawasan pelabuhan, Iskandar menjelaskan total panjang sandar pengembangan dermaga laut dalam JIIPE setelah fase ke-4—pengembangan yang diproyeksikan setelah 2030 menjadi 6.200 m. Yang saat ini sudah beroperasi 1.000 m (500 meter di luar dan 500 m di dalam) dengan lebar 50 meter. Tipe pelabuhan umum, baik untuk kargo kering, liquid, dan umum.

Ada juga rel kereta. PT Kereta Api Indonesia sudah memberikan feasibility study untuk mengoneksikan jalur kereta dari Duduksampean, Gresik ke JIIPE sepanjang 11 km. (Iskandar Rares)

Kedalaman pelabuhan mencapai 16 m di bawah permukaan laut (low water seaspring/LWS) saat pasang. Kondisi ini bisa untuk melayani kapal dengan muatan berbobot 100.000 DWT.

”Tetapi sekarang -14 m yang luar, yang dalam -12 m namun bisa diperdalam lagi sampai -16 LWS. Nanti, pelabuhan juga akan dilengkapi krane darat. Dengan begitu, semua pelaku logistik diuntungkan. Mereka tidak perlu sewa kapal yang ada crane-nya,” ujarnya.

Hilirisasi

Wakil Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Wilayah Jawa Timur Tony Hernanto melihat kehadiran kawasan industri benar-benar memudahkan dunia usaha untuk mengembangkan industrinya. Alasannya dengan bergabung di kawasan industri, investor benar-benar bisa menggerakkan usahanya secara efisien dan efektif. Apalagi kawasan industri tersebut sejak awal sudah terintegrasi dengan berbagai sarana logistik, seperti pelabuhan, jalan tol, dan rel kereta api.

Selama ini menurut Tony, banyak faktor yang membuat investor enggan membuka pabrik di lokasi yang bukan berada dalam kawasan industri. Alasannya berbagai faktor atau kendala dalam mendirikan pabrik, antara lain terkait penyediaan lahan dan kewajiban membangun berbagai fasilitas pendukung termasuk jalan, menyediakan pembuangan limbah, serta mengurus perizinan hingga logistik.

”Paling menjadi momok bagi pemilik modal ketika hendak mendirikan pabrik di luar kawasan industri adalah penyediaan lahan, termasuk pembebasan tanah. Soal lahan saja bisa berlarut-larut. Situasi akan berbeda ketika masuk di kawasan industri, yang semua sarana dan prasarana sudah siap,” ujarnya.

Semakin menerapkan pola efektif dan efisien dalam mengembangkan usaha, maka khusu di Jatim, semakin banyak investor lokal dan juga asing memilih memindahkan pabriknya ke kawasan industri, itu juga memicu pertumbuhan kawasan industri di Jawa Timur.

Kehadiran smelter itu sekaligus bisa mendongkrak daya saing perekonomian nasional dalam persaingan regional dan global. (Emil Dardak)

Hingga sekarang di Jatim ada 11 kawasan industri, antara lain di Surabaya, Gresik, Mojokerto, dan Pasuruan. Apalagi pengelola kawasan industri terus berupaya memberikan kenyamanan menjalankan bisnis di kawasan industri tersebut, termasuk menyinergikan antara satu unit usaha dan usaha lain yang saling terkait.

”Di kawasan industri, pelaku usaha lebih mudah merealisasikan hilirisasi industri,” kata Tony, yang pernah mengisi jajaran direksi di PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER).

Menurut Ketua Kadin Jawa Timur Adik Dwi Putranto seharusnya hilirisasi sangat bisa berkembang dengan adanya smelter Freeport di gresik. Sebab perusahaan manufaktur (hilir) dapat akses bahan baku langsung dari smelter tersebut.

Hal senada juga diungkap Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, dengan mengatakan, tentu kita optimistis bahwa smelter Freeport akan dapat beroperasi dengan baik mengingat ketersediaan infrastruktur kawasan yang memadai di Gresik sebagai bagian dari Gerbangkertasusila yang merupakan salah satu lokomotif perekonomian nasional.

Untuk itu, Pemprov Jatim berharap sinergi smelter ini dengan keberadaan industri lainnya dan ekosistem perekonomian di Gerbangkertasusila. ”Kehadiran smelter itu sekaligus bisa mendongkrak daya saing perekonomian nasional dalam persaingan regional dan global,”kata Emil.

Sementara President Corporate Communications PT Freeport Riza Pratama mengatakan, smelter tersebut bisa menghasilkan 550.000 katoda. Sebanyak 50 persen akan memenuhi industri dalam negeri dan sisanya diekspor. Industri yang memakai produk ini, di antaranya industri mobil listrik.

Menurut Riza, lambatnya hilirisasi di dalam negeri karena produk dari industri belum sepenuhnya ada yang menampung. Maka pertumbuhan hilirisasi cuma 5 persen. ”Diharapkan dengan berkembangnya seluruh industri dalam satu kawasan, hilirisasi segera tumbuh, termasuk menggerakkan usaha mikro kecil menengah (UMKM) di wilayah kawasan industri,” ujarnya.
KOMPAS/AGNES SWETTA PANDIA

Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) kini terus berbenah dengan melengkapi berbagai sarana penunjang untuk memudahkan investor, baik lokal maupun asing, seperti Jumat (1/10/2021).

Apalagi menurut Riza, banyak produk hilirisasi yang bisa digarap, terutama menumbuhkan pabrik yang kelak dapat memanfaatkan hasil pemurnian yang dilakukan oleh Freeport Indonesia yang membangun smelter di kawasan JIIPE dan PT Smelting di Gresik.