JawaPos.com – Sejak dua tahun terakhir, Kementerian Perdagangan (Kemendag) serius mengembangkan ekspor produk dengan nilai tambah yang tinggi. Yakni, produk berbasis teknologi atau produk jadi.
Itu sejalan dengan kebijakan hilirisasi pemerintah. Namun, hambatan perdagangan masih bermunculan. Terutama, yang berasal dari luar negeri.
“Intinya, kami sudah bertekad agar Indonesia tidak terus mengekspor barang mentah. Kita harus upgrade ke ekspor bahan baku, bahan penolong, maupun barang jadi,” ujar Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga Selasa (2/2).
Dia menambahkan, ada dua jenis hambatan yang harus bisa ditanggulangi tahun ini. Hambatan langsung terhadap produk ekspor bahan jadi Indonesia. Misalnya, tentang kebijakan ekspor produk turunan kelapa sawit dan safeguard yang Filipina terapkan terhadap produk otomotif.
Hambatan kedua adalah yang berkaitan dengan penentuan kebijakan ekspor raw material. Khususnya, yang bersifat tak terbarukan. Misalnya, ekspor nikel. Padahal, pembatasan ekspor itu bertujuan untuk melindungi nikel yang jumlahnya terbatas.
“Kedua, agar dampak perusakan lingkungannya bisa diantisipasi,” tegas Jerry. Apalagi, nikel punya peran sangat strategis bagi Indonesia. Terutama dalam hilirisasi.
Menghadapi hambatan-hambatan itu, kini Kemendag mempersiapkan sejumlah strategi. Dalam kasus otomotif, misalnya. Kemendag menguji kesahihan sikap Filipina. Sementara itu, dalam kasus nikel, Indonesia kooperatif menghadapi gugatan Uni Eropa (UE) di WTO.
Di sisi lain, Jerry melihat potensi besar pengembangan teknologi oleh banyak start-up anak muda. Pihaknya sedang berupaya memasarkan game online asal Indonesia. Selain itu, ada produk simulator mesin pertukangan, medis, dan militer yang juga buatan dalam negeri.