Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia diperkirakan menerima investasi hingga US$ 60 miliar atau sekitar Rp 864 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$) hingga enam tahun ke depan.
Luhut mengatakan nilai investasi tersebut berasal dari rencana kerja sama dengan berbagai perusahaan asal China, Australia, Korea Selatan, dan lainnya.
Dari perkiraan investasi tersebut, sebesar US$ 31 miliar atau sekitar Rp 446,4 triliun sudah dilakukan tanda tangan komitmen kerja sama.
"Total enam tahun ke depan 60 miliar dolar, sudah tanda tangan 31 miliar dolar dan ini kerja sama dengan macam-macam perusahaan, ada Tiongkok, Australia dan ada macam-macam," tutur Luhut dalam CNBC Indonesia Economic Update: Kebangkitan Ekonomi Indonesia, Selasa (13/07/2021).
Dia memaparkan, investasi tersebut antara lain berasal dari perusahaan asal Korea Selatan, Hyundai yang juga menggandeng LG untuk membangun pabrik baterai lithium hingga mobil listrik di Indonesia dengan nilai investasi mencapai US$ 10,3 miliar.
Selain itu, salah satu pabrik komponen baterai berupa smelter nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) senilai US$ 3,7 miliar di Pulau Obi, Halmahera Selatan Maluku Utara.
"Investasi besar ada di Indonesia Timur. Ini membantu kita, misalnya HPAL lithium battery, saya tinjau 2 minggu lalu, sebelum diperintahkan Presiden urus ini, mereka sudah satu (pabrik) produksi dan satu lagi sedang under construction," tuturnya.
Seperti diketahui, smelter HPAL tersebut dioperasikan PT Halmahera Persada Lygend (HPL), anak usaha Harita Group. Luhut mengatakan, produk dari smelter HPAL ini bisa mendukung program pemerintah membangun pabrik baterai untuk kendaraan listrik. Pengolahan bijih nikel di smelter HPAL ini berbasis teknologi hidrometalurgi.
Di Indonesia sendiri, pemerintah menargetkan dapat memproduksi 600 ribu unit mobil listrik dan 2,45 juta unit motor listrik pada 2030. Peningkatan permintaan kendaraan listrik dapat menaikkan permintaan baterai, terutama jenis NCM (nickel-cobalt-mangan).
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa ground breaking (peletakan batu pertama) pabrik baterai listrik (EV battery) milik PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) akan dilakukan pada Juli 2021.
Dia menyebut, pabrik hasil konsorsium dengan perusahaan asal Korea Selatan, LG Chem dan asal China, Contemporary Amperex Technology (CATL) ini menjadi investasi terbesar di RI setelah masa reformasi.
"LG ini sudah mulai groundbreaking bulan Juli, paling lambat Agustus awal kita sudah kita bangun, ini bukan cerita dongeng, ini sudah kita lakukan," kata Bahlil dalam Rakornas HIPMI, Sabtu (19/6).
Pabrik ini akan dibangun di Kota Deltamas, Jawa Barat. Pada pembangunan tahap pertama ini akan memiliki kapasitas produksi 10 Giga Watt hour (GWh) dengan offtaker dari Hyundai.