JAKARTA, investor.id - Peningkatan permintaan bijih nikel yang diharapkan berdampak pada lonjakan volume produksi akan menjadi faktor utama penguat kinerja keuangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam tahun ini. Sedangkan produksi dan penjualan feronikel serta emas perseroan diperkirakan stagnan. Analis BRI Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri mengungkapkan, Antam akan memfokuskan penjualan bijih nikel untuk pasar domestik dengan perkiraan kenaikan menjadi 6 juta wmt tahun ini. Penjualan bijih nikel diharapkan menjadi motor penopang pertumbuhan kinerja keuangan perseroan pada 2021. “Dengan harga jual nikel yang solid, kami memperkirakan pendapatan perseroan dari penjualan nikel akan melonjak. Komoditas ini bisa menjadi pendongkrak kinerja perseroan di tengah ekspektasi produksi feronikel yang stagnan dan penjualan emas yang cenderung stabil,” tulis Stefanus dalam risetnya. Tren peningkatan volume penjualan nikel Antam mulai terlihat dalam realisasi kinerja keuangan perseroan hingga kuartal IV-2020. Harga saham ANTM satu dekade terakhir, prospek saham ANTM, dan kinerja keuangan Antam Harga saham ANTM satu dekade terakhir, prospek saham ANTM, dan kinerja keuangan Antam Saat ini, volume penjualan bijih nikel perseroan melonjak menjadi 2 juta wmt, sejalan dengan fokus perseroan memasarkan produk tersebut ke pasar domestik. Adapun volume penjualan feronikel perseroan diproyeksikan berada dalam rentang 26 ribu ton dan volume penjualan emas secara konservatif mencapai 19 ton. “Dengan harga jual nikel yang solid, kami meyakini kinerja keuangan Antam bakal bertumbuh pesat dengan pertumbuhan laba bersih sekitar 41%,” jelas dia. Terkait keikutsertaan Antam bersama induk usahanya, PT Indonesia Asahan Aluminium atau Mining Industry Indonesia (MIND ID), yang membentuk Indonesia Battery Holding (IBH), Stefanus menjelaskan bahwa hal itu tentu menjadi katalis positif terhadap pertumbuhan kinerja keuangan Antam dalam jangka panjang. “Pemerintah mengindikasikan bahwa pembentukan IBH terealisasi pada semester I tahun ini. Empat BUMN, yaitu MIND ID, Pertamina, PLN, dan Antam diperkirakan memiliki jumlah kepemilikan saham yang rata. Sementara, Antam dan MIND ID diperkirakan menjadi pemasok utama bahan baku perusahaan patungantersebut,” jelas dia. Kegiatan di Aneka Tambang. Foto: DAVID Kegiatan di Aneka Tambang. Foto: DAVID Sejumlah faktor tersebut mendorong BRI Danareksa Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham ANTM dengan target harga direvisi naik menjadi Rp 3.000. Taget harga tersebut sejalan dengan revisi naik target kinerja keuangan Antam pada 2021 dan 2022, serta mengimplikasikan perkiraan PE perseroan tahun ini sekitar 40 kali dan EV/EBITDA mencapai 16,8 kali. Target harga tersebut juga mempertimbangkan peluang peningkatan volume penjualan bijih nikel perseroan menjadi 6,18 juta ton tahun ini dibandingkan relaisasi tahun 2020 yang sebanyak 3,11 juta ton. Volume penjualan feronikel diharapkan meningkat menjadi 26 ribu ton pada 2021 atau sama dengan tahun lalu. Volume penjualan emas diperkirakan turun dari 21 ribu kilogram (kg) pada 2020 menjadi 20 ribu kg pada 2021. Tahun ini, laba bersih Antam diproyeksikan naik menjadi Rp 1,8 triliun dibandingkan 2020 yang senilai Rp 1,28 triliun. Pendapatan perseroan juga diproyeksikan bertumbuh menjadi Rp 27,15 triliun dari target tahun 2020 senilai Rp 26,11 triliun. Di lain pihak, analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu mengungkapkan, tingginya permintaan bijih nikel di pasar domestik yang didukung oleh asumsi harga nikel yang cenderung baik menjadikan saham Antam layak untuk dicermati. Bahkan, dia merevisi naik target harga saham ANTM dari Rp 1.480 menjadi Rp 3.230. Menurut Dessy, tingginya permintaan bijih nikel di dalam negeri sejalan dengan penambahan smelter menjadi katalis positif terhadap pergerakan harga ANTM. “Kami menaikkan asumsi penjualan bijih nikel perseroan tahun 2021-2022 ke 3,8-4,4 juta wmt dengan asumsi harga nikel berada dalam rentang US$ 17.300-18.200/ton, sehingga rekomendasi saham ANTM dipertahankan beli,” tulis dia dalam risetnya. Target harga tersebut juga merefleksikan proyeksi EV/ EBITDA perseroan tahun ini sekitar 16,9 kali. Target tersebut juga mempertimbangkan target kenaikan laba bersih perseroan menjadi Rp 2,46 triliun tahun ini dibandingkan perkiraan tahun lalu Rp 1,5 triliun. Begitu juga dengan pendapatan diperkirakan mencapai Rp 29,66 triliun dibandingkan proyeksi tahun 2020 senilai Rp 26,1 triliun. Produksi bijih nikel Antam pada kuartal IV-2020 telah menunjukkan peningkatan menjadi 1,9 juta wmt (+46% yoy/+27,6% qoq) dengan volume penjualan 2,1 juta wmt (+1,5% yoy/+100,1% qoq). Penjualan sempat turun pada semester I-2020 akibat larangan ekspor mulai menunjukkan pemulihan, seiring penguatan permintaan domestik untuk smelter serta sebagai bahan baku FeNi. Sedangkan penjualan FeNi, ungkap dia, diperkirakan bertumbuh moderat ke 30.100- 34.700 TNi pada 2021-2022 dibandingkan realisasi tahun 2019 yang sebanyak 26,212 TNi, seiring pasar ekspor yang masih belum sepenuhnya pulih. Adapun penjualan emas perseroan diproyeksikan naik 5,1% tahun ini menjadi 22.900 kg, serta menaikkan asumsi rata-rata harga emas tahun 2021-2022 menjadi US$ 2.000-2.100/t oz. Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id) Sumber : Investor Daily
Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul "Menambang Laba Antam Melalui Penjualan Nikel"