Menko Luhut: Nikel RI Punya Posisi Tawar yang Kuat
Pemerintah Indonesia kini telah mendorong investasi pada hilirisasi produk turunan Nikel untuk memproduksi baterai listrik.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, dengan jumlah produksi sebanyak 21 juta ton setahun, Indonesia telah menjadi salah satu produsen nikel terbesar di dunia dunia dalam bentuk Nickel Pig Iron (NPI).
"Dengan ini potensi Nikel yang besar kita lihat bahwa Indonesia punya bargaining position yang kuat," kata Luhut di situs Kemenko Marves, Senin, 21 Juni 2021.
Menurut Luhut, Indonesia memiliki hak untuk berkembang dan bekerja sama yang saling menguntungkan. "Kita juga ngga boleh baik-baik amat. Kita harus mainkan peran kita," katanya.
Dia pun menyebutkan bahwa pada tahun 2025, Indonesia diproyeksikan memasok 50 persen pasokan dunia, dibandingkan dengan 28 persen pada tahun 2020. "Produksi nikel Indonesia akan meningkat dengan adanya smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang akan mulai beroperasi pada 2021 yang akan menghasilkan Mix Hydroxide Precipitate (MHP)," ujar Luhut.
Dengan ini potensi Nikel yang besar kita lihat bahwa Indonesia punya bargaining position yang kuat.
Khusus tentang penanganan Covid-19 dan penguatan investasi, Menko Luhut menegaskan bahwa pemerintah berupaya untuk menangani dengan seimbang.
"Tapi penanganan Covid dan investasi is just like two sides of the coin, artinya kedua-duanya sama-sama penting. Jadi strategi pemerintah agar ekonomi tetap berjalan adalah dengan mempercepat proses vaksinasi," tambahnya.
Membahas soal investasi, Menko Luhut menyampaikan bahwa pemerintah saat ini fokus pada lima hal, yakni hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA), pengembangan baterai lithium, sektor kesehatan, infrastruktur konektifitas maritim dan penurunan emisi karbon. []