a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Menko Luhut Sebut Indonesia Punya Baterai Listrik pada 2023

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan yakin Indonesia memiliki cadangan nikel untuk menjadi pemain kunci di industri baterai listrik. Apalagi saat ini, fokus Indonesia melakukan hilirisasi agar mempunyai nilai tambah dibanding ekspor bahan mentah.

Bahkan, berdasarkan data tahun lalu, Luhut menyampaikan bahwa ekspor baja juga mencapai lebih dari ekspor kendaraan, padahal dulu ekspor kendaraan selalu menjadi primadona.

"Hilirisasi itu kita masuk di nikel ore, supply-nya sampai di nikel untuk mengembangkan mobil listrik saya kira sekarang berjalan dan kita berharap 2023 kita sudah memiliki baterai listrik," kata Luhut dalam Indonesia Investment Forum 2021 secara virtual di Jakarta, Kamis(27/5/2021).

Baca Juga: Kebutuhan Baterai Kendaraan Listrik Diproyeksi Capai 758.693 Ton di 2030

Luhut menjelaskan, saat ini fokus investasi pemerintah di sektor kesehatan dan hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA).

"Jadi kita ingin lihat ada hilirisasi di jalan karena itu berikan nilai tambah, lapangan pekerjaan, dan keuntungan lainnya. Hilirisasi nikel juga membuat ekspor besi dan baja meningkat," ucap Luhut.

Kemudian, strategi hilirisasi melalui zona (kawasan) ekonomi khusus (KEK) atau hijau atau green.

"Itu KEK dibentuk berdasarkan permintaan investor. Pelabuhan digunakan bersama untuk mempermudah ekspor dan menurunkan biaya logistik. Jadi, kita buat sedemikian rupa sehingga itu menjadi bagian dari supply chain," katanya.

Luhut mengatakan, Indonesia punya potensi luar biasa di bidang energi terbarukan karena sekarang ini kelihatannya fosil energi sudah menjadi musuh bersama. Secara bertahap, pemerintah Indonesia juga sudah bisa mempensiunkan power plant batu bara karena perbankan internasional pun sudah tidak mau lagi mendanai energi fosil.

"Kenapa itu terjadi? Karena pemanasan global sekarang membuat bumi makin panas. Jadi kalau naik sampai 1,5 derajat saja, itu akan punya dampak yang tidak bagus," katanya.