a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Menurut analis, ini tantangan dan peluang yang akan dihadapi AKR Corporindo (AKRA)

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mencatatkan pendapatan yang tumbuh 7,05% secara year on year (yoy) menjadi Rp 10,71 triliun di semester I/2021. Pertumbuhan pendapatan dinilai karena segmen perdagangan dan distribusi, serta kontribusi dari Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur.

Laba bersih yang dibukukan AKRA di semester I/2021 mencapai Rp 550,39 miliar, angka ini meningkat secara signifikan sebesar 27,53% secara yoy. Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy menilai, secara quarter on quarter (qoq) AKRA membukukan penjualan lahan industri yang relatif tidak berubah. Menurut Robertus ini masih cukup dapat dimaklumi.

“Cukup dapat dimaklumi mengingat beberapa tenant di masa depan masih menunggu proyek Java Integrated Industrial Port and Estate (JIIPE) untuk mendapatkan status Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),” kata Robertus kepada Kontan.

Ke depannya, setelah JIIPE Gresik diresmikan oleh pemerintah sejak akhir Juni, dan diikuti dengan kedatangan smelter Freeport di daerah tersebut, Robertus memandang itu akan menarik. “Kami melihat hal itu akan menarik lebih banyak penyewa di masa depan mengingat insentif yang tersedia,” imbuhnya.

Baca Juga: Catat kinerja apik pada semester I, ini rekomendasi saham AKRA dari MNC Sekuritas

Analis CSLA Norman Choong dan Chelene Indriani dalam risetnya, melihat juga di balik rekor harga batubara dan dengan ketegangan yang tinggi antara China dan Australia yang terus berlanjut, maka akan baik bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi batubara tahun depan. Menurut mereka, ini akan menguntungkan, terutama untuk volume penjualan batubara AKRA.

Robertus melihat laba bersih dari segmen bahan bakar akan mencapai Rp 630 miliar, dan dari segmen kimia mencapai Rp 757 miliar. Untuk segmen usaha lahan industri, dengan total persediaan lahan mencapai Rp 5,13 triliun di tahun 2021, berpotensi menghasilkan nilai penjualan hingga Rp 11,29 triliun.

Robertus menaksir, risiko yang dihadapi adalah penjualan lahan industri yang lebih rendah dari perkiraan sebesar 30-35 ha tahun ini. Norman dan Chelene dalam risetnya juga menaksir beberapa risiko yang akan dihadapi oleh AKRA, karena sifat bisnisnya yang beragam.

Misalnya permintaan end-user di sektor ini dapat mempengaruhi volume bahan bakar dan modal kerja dalam bisnis distribusi bahan bakar inti AKRA.

Baca Juga: Penjualan di kuartal III-2021 lebih menantang, berikut rekomendasi saham BSDE

Perusahaan juga dinilai mereka menghadapi pergerakan harga minyak, margin kilang, dan margin distribusi dalam menentukan keuntungan yang diperoleh dari aktivitas distribusi tersebut. Sementara itu, di sektor lahan industri ada risiko tekanan di neraca pembukuan AKRA dan perputaran aset yang rendah. Sentimen Covid-19 juga dilihat telah mengurangi permintaan komoditas secara global, yang dapat mempengaruhi volume distribusi AKR.

Norman dan Chelene merekomendasikan beli dengan target harga Rp 3.060 per saham. Robertus merekomendasikan beli dengan target harga Rp 4.230 per saham.