MIND ID Anggarkan Investasi Rp 29 T di 2021, Buat Apa Saja?
Jakarta, CNBC Indonesia - MIND ID, Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bidang Pertambangan, atau PT Inalum (Persero), menganggarkan Rp 29 triliun untuk belanja modal tahun 2021 ini.
Orias Petrus Moedak, Direktur Utama MIND ID, mengatakan anggaran tersebut untuk mendanai sejumlah proyek strategis yang tengah digarap perusahaan, termasuk perusahaan di bawah Holding MIND ID.
"Capex sekitar Rp 29 triliun," ungkapnya saat berdiskusi dengan media secara virtual, Jumat (07/05/2021).
Dia mengatakan, dari Rp 29 triliun tersebut, sebesar Rp 2 triliun untuk investasi rutin dan selebihnya Rp 27 triliun untuk proyek-proyek strategis perusahaan. Baca: Dari Rugi, MIND ID Bukukan Laba Bersih Rp 1,6 T di Q1 2021
Dia pun memaparkan sejumlah proyek strategis MIND ID, antara lain:
1. Indonesia Battery Corporation (IBC)
Rencana pembangunan baterai kendaraan listrik dilaksanakan melalui Indonesia Battery Corporation (IBC) di mana MIND ID dan juga PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) masing-masing memegang 25% saham di Holding BUMN Baterai ini. Perusahaan ini direncanakan akan membangun industri baterai kendaraan listrik terintegrasi dari hulu sampai hilir, mulai dari pertambangan, smelter High Pressure Acid Leach (HPAL), lalu pengolahan nikel dan kobalt sulfat yang merupakan bagian dari bahan baku prekursor baterai.
2. Smelter Grade Alumina
Direncanakan dibangun dengan kapasitas produksi 1 juta ton alumina dan ditargetkan beroperasi pada 2023 mendatang.
Saat ini dalam tahap konstruksi (Engineering, Procurement, and Construction/ EPC).
Dia mengatakan, perusahaan menganggarkan sekitar US$ 700-800 juta atau sekitar Rp 11,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$) untuk proyek ini.
3. PLTU Pabrik Feronikel Halmahera Timur
Proyek pembangkit listrik ini direncanakan berkapasitas 2x45 MW PLTU dan 3x18 MW PLTD. Ditargetkan PLTD beroperasi pada 2022 dan PLTU pada 2025 mendatang.
Saat ini telah dilakukan proses pra kualifikasi calon penyedia listrik fase 1 untuk tahun 1-5 dan akan dilanjutkan dengan proses pengadaan listrik jangka pendek. Baca: 2030, 20% Nikel Dunia Diserap untuk Baterai Mobil Listrik
4. Gasifikasi Batu Bara
Proyek ini direncanakan akan menghasilkan dimethyl ether (DME) sebesar 1,4 juta ton dari batu bara berkadar rendah (low rank coal). Akan dibangun oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama PT Pertamina (Persero) dan perusahaan Amerika Serikat Air Products, ditargetkan proyek ini sudah beroperasi komersial pada 2024 mendatang.
Saat ini tengah dilakukan Desain Teknis Rinci Akhir (Front End Engineering Design/ FEED) berganda (multiple FEED) secara paralel, penataan lahan pabrik, dan pengurusan perizinan.
Namun menurutnya tahun ini perusahaan belum akan mengeluarkan investasi di tahun ini untuk proyek gasifikasi batu bara ini.
"Proyek gasifikasi batu bara porsi spending-nya nanti, nggak masuk sekarang," ujarnya.
5. Proyek Pembangunan Smelter Tembaga
Ini terkait smelter tembaga baru yang tengah dibangun PT Freeport Indonesia dengan kapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 1,7 juta ton per tahun.
Proyek ini ditargetkan harus bisa beroperasi pada 2023, namun karena adanya pandemi Covid-19 perusahaan memperkirakan akan terjadi keterlambatan sekitar satu tahun menjadi 2024.
Selain rencana di kawasan industri terintegrasi JIIPE di Gresik, Jawa Timur, menurutnya kini Freeport juga masih berdiskusi dengan Tsingshan untuk menggarap smelter baru di Weda Bay, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara. Dia mengatakan, bila bekerja sama dengan Tsingshan, maka Freeport hanya memegang saham 25% dan selebihnya Tsingshan.