Pak Jokowi, Sebelum Setop Ekspor Bauksit Simak Dulu Isu Ini!
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam beberapa kali kesempatan terus menyinggung permasalahan ekspor mineral mentah termaksud bauksit. Rencananya ekspor mineral bauksit ini bakal disetop pada tahun 2022 ini.
Namun, ada hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah sebelum rencana ekspor bauksit ini disetop ke luar negeri.
Ketua Umum Perhimpunan ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli menyebutkan, bahwa produksi bauksit di tanah air mencapai 30 juta ton (data tahun 2020), sementara fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) di tanah air hanya ada dua.
Smelter tersebut milik PT Well Harvest Winning Alumina dan PT Indonesia Chemical Alumina di Kalimantan Barat. Adapun kapasitas feeding ore dari smelter tersebut hanya sekitar 6 juta - 7 juta ton ore.
"Dengan produksi bauksit sekitar 30 juta ton, maka porduksi tersebut tidak akan tertampung di dalam negeri dengan jumlah smelter yang ada. Berarti ada kelebihan sekitar 23 juta ton," terang Rizal Kasli kepada CNBC Indonesia, Jumat (4/2/2022).
Dari kacamata Rizal, akan ada tambahan tiga smelter bauksit lagi untuk dalam negeri. Menurut asumsinya, kelak dengan terciptanya tiga smelter bauksit tersebut maka kebutuhan bijih bauksit untuk smelter sekitar 9 juta - 10 juta ton. Artinya masih akan ada kelebihan produksi sekitar 13 juta ton.
Sehingga, kata Rizal, masih dibutuhkan sekitar tiga atau empat smelter lagi untuk mengimbangi produksi bijih bauksit saat ini. "Saat ini baru beroperasi 2 smelter/refinery, 2 dalam pembangunan dan 1 dalam tahap studi kelayakan," ungkap Rizal.
Kapasitas ekspor berdasarkan data tahun 2020 sekitar 23,2 juta ton bijih bauksit dari 98 Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP OP) yang yang tersebar di Kepulauan Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
"Mungkin sebagian belum berproduksi saat ini. Sedangkan penyerapan di dalam negeri diperkirakan sekitar 6-7 juta ton yang diolah di dalam negeri," tandas rizal.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba), Irwandy Arif membeberkan bahwa pada tahun 2021 bahwa kegiatan ekspor bauksit mencapai 21 juta ton per tahun. Sementara penggunaan domestik hanya 3,6 juta ton.
"Apabila dilakukan pelarangan ekspor untuk bijih bauksit maka akan jadi penumpukan bijih sekitar 17,6 juta ton. Tapi jangan khawatir, dengan rencana smelter bauksit yang direncanakan sedang berjalan, nah kalau semua berjalan lancar tidak akan ada masalah di dalam penumpukan dari bijih bauksit ini," terang Irwandy kepada CNBC Indonesia, Jumat (28/1/2022).
Belum diketahui, berapa sebenarnya fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit yang ada saat ini. Dan ke depan smelter tersebut akan mampu menyerap berapa banyak dari smelter tersebut.
Yang jelas, Kementerian ESDM menargetkan bisa membangun sebanyak 53 smelter sampai pada tahun 2024. Hal itu untuk mendukung kegiatan pelarangan ekspor baik nikel, tembaga, hingga bauksit dan timah.
Sayangnya dari rencana 53 smelter itu, dalam catatan Kementerian ESDM sampai pada tahun 2021 kemarin baru terbangun sekitar 21 smelter. Adapun di tahun ini Kementerian ESDM menargetkan akan menambah 7 smelter baru. Artinya di tahun 2022 ini penyelesaian smelter baru mencapai 28 dan masih jauh dari target 53 smelter.
Adapun ketujuh smelter yang akan dibangun tahun ini diantaranya adalah: Pertama, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di Maluku Utara, sebagai lanjutan dari target tahun lalu yang meleset. Kedua, PT Smelter Nikel Indonesia di Batnten, lanjutan dari tahun 2021. Ketiga, PT Kapuas Prima Citra di Kalimantan Tengah sebagai lanjutan tahun 2021.
Keempat, PT Kobar Lamandau Mineral di Kalimantan Tengah. Kelima, PT Well Harvest Winning AR (Fase II) di Kalimantan Barat. Keenam PT Alchemist Metal Indsutry di Maluku Utara. Ketujuh, PT Sebuku Iron Lateritic Ores di Kalimantan Selatan.
"Keseriusan dari pemerintah dan industri harus konsisten dalam bersama sama mewujudkan smelter itu," tandas Irwandy.