a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Pandemi Covid-19 Membaik, Smelter Freeport Tetap Dikejar Kelar 2023

Jakarta: MIND ID optimistis pembangunan smelter PT Freeport Indonesia tetap bisa diselesaikan sesuai jadwal semula yakni pada 2023. Hal ini sekaligus menjawab usulan Freeport di awal pandemi yang meminta penundaan penyelesaian satu tahun dari jadwal tersebut.

Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak dalam menjawab pertanyaan Medcom.id terkait penyelesaian smelter membenarkan, ketika awal pandemi memang kegiatan pembangunan smelter di kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik agak terganggu, bahkan tidak berjalan.

"Namun sekarang kan covid-19 sudah mulai menurun kita sudah bisa melakukan kegiatan lagi di sana," kata Orias, dikutip Senin, 10 Mei 2021.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Meskipun telah berjalan kembali, memang saat ini terdapat dua opsi lokasi untuk smelter Freeport. Selain di JIIPE, Freeport juga mendapat tawaran untuk bekerja sama dengan Tsingshan Steel membangun smelter di Weda Bay, Halmahera Tengah.

Orias mengatakan hingga saat ini Freeport dan Tsingshan masih melakukan negosiasi, terutama dari sisi meyakinkan harga dan kualitas. Ia berharap negosiasi ini bisa dirampungkan segera. Sebab apabila hingga Juni atau Juli tidak kunjung menghasilkan titik temu, maka target di 2023 bakal molor.

Orias yakin nantinya apabila bisa sepakat dengan Tsingshan sebelum pertengahan tahun, maka tidak akan mengganggu target sebab di Weda Bay bisa dibangun dengan waktu singkat.

"Kalau kita mulai paling dua tahun dia (Tsingshan) bangun karena cepat sekali. Semuanya kita lakukan outstanding, kalaupun missed di Tsingshan kan masih bisa di JIIPE, kita lanjutkan saja di JIIPE," jelas Orias.

Sebagai informasi, rencana pembangunan smelter di Weda Bay berkapasitas 2,4 juta ton dengan biaya sekitar USD2,5 miliar. Sedangkan untuk kapasitas smelter Freeport di Gresik awalnya direncanakan sebesar dua juta ton dengan investasi sekitar USD3 miliar. Namun belakangan, kapasitasnya dipangkas menjadi 1,7 juta ton. Sedangkan 300 ribu ton lainnya ditutupi melalui pengembangan smelter tembaga eksisting di PT Smelting.