Persediaan Anjlok 69%, Nikel Bangkit Setelah Seminggu Anjlok!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel berhasil bangkit dari keterpurukan karena pasokan yang kian ketat. Permintaan dari energi hijau yang diprediksi meningkat jadi pendorong laju nikel.
Pada (16/12/2021) pukul 14.08 WIB harga nikel tercatat US$ 19.390/ton, naik 1,46% dibandingkan harga penutupan kemarin.
NikelFoto: Investing.com
Nikel
Persediaan nikel di gudang Bursa Logam London pada 15 Desember 2021 tercatat 106.998 ton. Jumlah ini turun 59,56% dibanding bulan April yang merupakan puncak persediaan tahun ini.
Mengutip laporan International Nickel Study Group (INSG) pasar nikel global pada sepuluh bulan pertama 2021 mengalami defisit. Ditaksir defisit pasokan nikel mencapai 165.500 ton dibandingkan surplus 88.500 ton pada periode yang sama tahun 2020.
Defisit terjadi karena konsumsi sebesar 2.307.900 ton lebih besar dari produksi sebesar 2.142.400 ton.
Baca: Taipan RI Masih Asik Jual 'Tanah Air'...
Chen Ruirui, analis Antaike, memperkirakan neraca pasokan nikel akan bergerak dari dari defisit 25.000 ton pada tahun 2021. Namun pada tahun 2022 akan menjadi surplus 45.000 ton tahun 2022.
Permintaan nikel jangka panjang akan diuntungkan dari kemajuan sektor kendaraan listrik yang didorong oleh insentif pemerintah di seluruh dunia.
Skenario tersebut memperkirakan konsumsi nikel dalam baterai tumbuh di atas 1 juta ton pada tahun 2030. Perkiraan ini mungkin memerlukan revisi lebih lanjut mengingat adopsi netralitas karbon yang lebih ambisius oleh negara di dunia.
"Rantai nilai baterai membutuhkan unit nikel karbon rendah, yang kemungkinan akan mengalami defisit mengingat laju elektrifikasi yang diproyeksikan. Selain itu, peran penting nikel sebagai logam penting untuk ekonomi rendah karbon semakin ditingkatkan dengan penggunaannya yang terus meningkat dalam energi terbarukan," kata Nornickel.