KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan produksi kendaraan listrik global diproyeksikan akan terjadi secara eksponensial dalam kurun sepuluh tahun ke depan. Hal ini tentu menuntut pertumbuhan suplai pendukung utamanya dalam skala yang juga tinggi, yakni nikel yang akan digunakan sebagai komponen utama dari baterai lithium.
Indonesia disebut-sebut sebagai negara potensial untuk menjadi pemain terbesar di ASEAN dalam sektor industri kendaraan listrik. Kementerian ESDM mencatatkan neraca sumber daya nikel Indonesia hingga Juli 2020 tersimpan sebanyak 16.233 juta ton yang terdiri atas 11.887 juta ton sumber daya bijih nikel dan 4.346 juta ton cadangan bijih nikel, sementara jumlah produksi hingga akhir 2020 baru mencapai 15,85 juta ton bijih nikel.
Beberapa smelter nikel baru juga tengah dibangun oleh pemerintah guna menunjang industri kendaraan listrik dan baterainya. Tentunya hal tersebut membuka peluang bagi para pemain di sektor jasa tambang nikel, termasuk bagi PT PP Presisi Tbk.
Baca Juga: Pan Brothers (PBRX) catat kenaikan permintaan ekspor 10% di awal 2021
Oleh sebab itu, PP Presisi menjadikan peluang tersebut menjadi salah satu strategi pertumbuhan pada lini bisnis jasa pertambangan khususnya nikel. Melalui skema kontrak jangka panjang dengan periode kontrak jasa pertambangan lebih dari tiga tahun, maka diharapkan dapat memberikan recurring income bagi perusahaan.
Perusahaan menilai potensi pendapatan tidak hanya diperoleh dari aktivitas jasa pertambangan, tetapi juga berasal dari pekerjaan fasilitas pendukung seperti pembangunan smelter, jalan hauling, site development, jetty atau pelabuhan.
PT PP Presisi Tbk bukan untuk pertama kalinya bergerak dalam bidang jasa pertambangan. “Kami mulai masuk ke sektor tambang sebagai penyedia jasa pertambangan melalui anak perusahaan kami LMA. Namun, LMA lebih banyak bergerak pada tambang batubara”, ujar M. Wira Zukhrial, Direktur Peralatan dan SCM PP Presisi, Kamis (18/2).
Hingga saat ini, pihaknya tengah menggarap dan memfinalkan beberapa prospek tambang nikel di daerah Sulawesi, Maluku, dan Halmahera. Diversifikasi pada jasa pertambangan tersebut merupakan salah satu sektor yang diproyeksikan dapat mendorong pencapaian kinerja perusahaan pada tahun 2021 hingga 5 tahun ke depan.
Baca Juga: Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) fokus tingkatkan produktivitas kebun
Adanya rencana pengembangan bisnis hulu ke hilir di bidang energi terbarukan seperti kendaraan listrik oleh pemerintah, membawa optimisme bagi PP Presisi untuk mencapai perolehan kontrak baru melebihi target sebesar Rp 3,6 triliun.
“Kami mentargetkan di triwulan pertama ini sudah ada kontrak baru dari jasa pertambangan nikel yang didapat. Sumbangsih dari jasa pertambangan kami harapkan dapat memberikan kontribusi 10% hingga 20% terhadap total keseluruhan target perusahaan di tahun 2021”, tutup Darwis Hamzah, Direktur Operasi PT PP Presisi Tbk.