Punya Kas Jumbo, MIND ID Mau Caplok Tambang di Luar Negeri
Jakarta, BeritaMu.co.id – Emiten holding pertambangan BUMN, Mining Industry Indonesia (MIND ID) berencana mengakuisisi perusahaan tambang baru di luar negeri.
Bila rencana ini terealisasi, maka akuisisi ini akan menambah daftar perusahaan tambang asing yang diakuisisi MIND ID setelah mencaplok 20% PT Vale Indonesia Tbk (PTVI) pada 7 Oktober 2020 dengan nilai investasi Rp 5,52 triliun dan akuisisi 51% saham PT Freeport Indonesia dengan nilai investasi Rp 55,8 triliun pada 2018 lalu.
Direktur Utama MIND ID, Orias Petrus Moedak mengatakan, sampai dengan semester pertama 2021, perseroan memiliki kas sebesar Rp 32,7 triliun yang di antaranya diperuntukan untuk belanja modal atau capital expenditure sebesar Rp 29 triliun.
Orias merinci, alokasi belanja modal untuk mendanai proyek strategis misalnya, persentasenya bisa mencapai 20% dari rencana belanja modal tahun ini. Ia pun memastikan, rencana akuisisi masih terus berjalan, meski tidak merinci lebih jelas nama perusahaan tambang baru yang disasar MIND ID di luar negeri.
“Sebagai strategic holding kami tentu ada target akuisisi di luar negeri, sedang kami proses,” ungkap Orias, dalam wawancara dengan BeritaMu.co.id, Senin (13/9/2021).
Dia memastikan, dalam waktu 2 tahun ke depan, induk dari BUMN Pertambangan ini tidak akan mengalami kendala likuiditas meskipun gencar ekspansi di tengah pandemi. Mengingat, sumber pendanaan selain dari kas internal, perseroan juga mempunyai fasilitas pinjaman dari perbankan yangs siap membantu rencana ekspansi MIIND ID.
“Sehingga untuk ekspansi ke depan sangat-sangat mudah bagi kami dengan kondisi likuiditas dan pinjaman perbankan yang tersedia untuk ekspansi. Dalam 1-2 tahun tidak ada masalah dari sisi likuiditas,” katanya. Baca Juga : Heroik! IHSG Bangkit Setelah Dibanting Selama 2 Hari
Sebelumnya, Orias memaparkan, alokasi penggunaan belanja modal itu akan digunakan untuk sejumlah proyek strategis seperti rencana pembangunan baterai kendaraan listrik dilaksanakan melalui Indonesia Battery Corporation (IBC).
Kedua, pembangunan smelter grade alumina dengan kapasitas produksi 1 juta ton alumina dan ditargetkan beroperasi pada 2023 mendatang. Perusahaan menganggarkan sekitar US$ 700-800 juta atau sekitar Rp 11,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$) untuk proyek ini.
Lalu, belanja modal juga akan digunakan untuk membangun Proyek pembangkit listrik pabrik feronikel di Halmahera Timur yang direncanakan berkapasitas 2×45 MW PLTU dan 3×18 MW PLTD. Ditargetkan PLTD beroperasi pada 2022 dan PLTU pada 2025 mendatang.
Selanjutnya, proyek gasifikasi batu bara yang dibangun PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama PT Pertamina (Persero) dan perusahaan Amerika Serikat Air Products, ditargetkan proyek ini sudah beroperasi komersial pada 2024 mendatang.
Berikutnya, pembangunan smelter tembaga yang dibangun PT Freeport Indonesia dengan kapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 1,7 juta ton per tahun. Proyek ini ditargetkan harus bisa beroperasi pada 2023, namun karena adanya pandemi Covid-19 perusahaan memperkirakan akan terjadi keterlambatan sekitar satu tahun menjadi 2024.