Ramai Diborong Asing, Saham Antam Cs 'Ngamuk' Berjamaah
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten tambang nikel kompak melaju di zona hijau sepanjang sesi II perdagangan hari ini, Selasa (7/6/2021). Penguatan saham-saham tersebut terjadi di tengah aksi beli bersih (net buy) oleh investor asing.
Berikut gerak saham nikel, pukul 13.52 WIB:
Aneka Tambang (ANTM), saham +10,71%, ke Rp 2.480, net buy Rp 116,43 M
Timah (TINS), +8,28%, ke Rp 1.570, net buy Rp 12,52 M
Harum Energy (HRUM), +4,46%, ke Rp 5.275, net buy Rp 4,56 M
Central Omega Resources (DKFT), +4,14%, ke Rp 151, net buy Rp 11,66 juta
Vale Indonesia (INCO), +3,80%, ke Rp 4.920, net buy Rp 14,64 M
Trinitan Metals and Minerals (PURE), +0,94%, ke Rp 107, net buy Rp -
Pelat Timah Nusantara (NIKL), +0,84%, ke Rp 1.195, net buy Rp 61,16 juta
Menurut data di atas, saham emiten tambang BUMN, ANTM, menjadi yang paling melesat dengan kenaikan 10,71% ke Rp 2.480/saham. Nilai transaksi saham ANTM hingga siang ini sangat ramai, yakni sebesar Rp 636,15%, menjadikan saham ANTM sebagai saham yang paling banyak ditransaksikan di bursa.
Nilai beli bersih asing saham ANTM juga jumbo, yakni Rp 116,43 miliar, di atas net buy saham Grup Emtek Elang Mahkota Teknologi (EMTK) yang sebesar Rp 69,1 miliar. Pilihan Redaksi
RI Bisa Ancam Dunia Jika Jadi Raja Baterai Sederet Proyek Bahan Baku Baterai RI yang "Mengancam" Dunia Proyek Bahan Baku Baterai RI Jadi Ancaman Dunia, kok Bisa?
Dengan ini saham ANTM melanjutkan penguatan sejak Senin (5/7) kemarin, ketika ditutup naik 0,90%. Alhasil, dalam sepekan saham ANTM melonjak 11,26%, sementara dalam sebulan naik 5,53%.
Mengenai kinerja keuangan terbaru, ANTM mencatatkan laba bersih di kuartal I-2021 sebesar Rp 630,37 miliar. Laba bersih ini naik dari periode yang sama tahun lalu yang mana perusahaan mengalami kerugian bersih Rp 281,83 miliar.
Naiknya laba bersih ANTM didongkrak oleh tumbuhnya pendapatan perusahaan hingga 77% secara tahunan (year-on-year/YoY) dari semula Rp 5,20 triliun kini menjadi Rp 9,21 triliun.
Di posisi kedua ada saham emiten BUMN lainnya, TINS, yang melesat 8,28% ke Rp 1.570/saham. Investor asing juga berbondong-bondong mengoleksi saham TINS senilai dengan nilai beli bersih Rp 12,52 miliar.
Dalam sepekan, saham TINS terdongkrak 10,60%, sementara dalam sebulan terakhir naik tipis 0,65%.
Sepanjang 3 bulan pertama 2021 TINS membukukan laba bersih di kuartal I-2021 sebesar Rp 10,34 miliar. Perseroan membukukan perbaikan kinerja setelah pada periode yang sama tahun lalu, mengalami kerugian Rp 412,85 miliar.
Perseroan berhasil menekan beban keuangan menjadi Rp 98,56 miliar rupiah dibandingkan Rp 214,36 miliar tahun lalu, walau penjualan menurun 44,77% menjadi hanya Rp 2,44 triliun rupiah saja dibandingkan Rp 4,43 triliun rupiah di kuartal pertama tahun lalu.
Tidak ketinggalan, saham INCO juga terapresiasi 3,80% ke Rp 4.920/saham, melanjutkan penguatan sejak Senin kemarin ketika ditutup menguat 4,64%.
Kabar teranyar, Vale Indonesia menggandeng dua korporasi asal China untuk membangun proyek smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah.
Dua perusahaan yang menjadi mitra tersebut ialah Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai).
Perseroan bersama TISCO dan Xinhai telah menandatangani dokumen perjanjian kerangka kerjasama proyek untuk fasilitas pengolahan nikel Bahodopi.
Sekadar informasi, Vale Indonesia saat ini memang fokus membangun tiga smelter dengan nilai investasi senilai US$ 5 miliar atau sekitar Rp 72 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.400 per US$.
Tiga proyek smelter nikel tersebut ialah smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah, dan proyek ekspansi smelter yang telah ada di Sorowako, Sulawesi Selatan.