a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Saham ANTM Cs Dibanting, tapi Ada yang Curi Perhatian Nih!

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten produsen nikel bergerak beragam di awal perdagangan hari ini, Senin (19/4/2021). Ini terjadi setelah pada Jumat pekan lalu (16/4), saham-saham tersebut cenderung ditutup menguat.

Berikut gerak saham emiten nikel pagi ini, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI).


Berdasarkan tabel di atas, ada empat saham nikel yang menguat dan tiga emiten lainnya terkoreksi. Adapun saham PURE mencatatkan kenaikan tertinggi di antara yang lain, yakni 1,63% ke Rp 125/saham.

Saham PURE melanjutkan penguatan sejak penutupan pasar Jumat pekan lalu (16/4), yang sebesar Rp 4,24%.

Baca: ANTM, INCO atau MDKA, Siapa Paling the Best Kinerjanya?

Dengan ini, saham PURE naik 1,63% dalam sepekan terakhir. Namun, dalam sebulan belakangan saham emiten yang melantai di bursa pada 2019 lalu ini ambles 8,09%.

Di posisi kedua ada saham DKFT yang naik 1,18% ke Rp 172/saham. Nilai transaksi DKFT sebesar Rp 541,46 juta. Saham ini kembali bergeliat setelah dalam dua perdagangan sebelumnya ditutup stagnan di posisi Rp 170/saham.

Berbeda dengan 'koleganya', saham Trio TINS-INCO-ANTM malah ambles ke zona merah pagi ini, setelah pada Jumat lalu berbarengan ditutup menghijau.

TINS merosot 0,64% ke Rp 1.555/saham. TINS sendiri sebelumnya sudah melaju di zona hijau selama tiga hari beruntun.

Adapun INCO terkoreksi 0,69% ke Rp 4.320/saham dan ANTM anjlok 2,51% ke Rp 2.330/saham.

Ketiga saham tersebut ramai-ramai dijual oleh asing pagi ini. Asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 414,76 juta di TINS, sebesar Rp 3,00 miliar di INCO dan senilai Rp 6,71 miliar di ANTM.

Sebenarnya, emiten nikel terus dibanjiri sentimen positif.

Baca: Amsyong! Baru Reli Dikit, Saham Nikel Ambruk Lagi Nih

Terbaru, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun ini dikabarkan akan menjajakan sejumlah proyek smelter ke investor asing di beberapa negara, termasuk Eropa hingga Amerika Serikat.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Sugeng Mujiyanto.

Dia mengatakan, ini merupakan bagian dari tiga upaya yang dilakukan pemerintah demi mewujudkan pembangunan smelter.

Upaya pertama, menurutnya yaitu mempertemukan langsung (one on one meeting) antara perusahaan smelter dengan PT PLN (Persero) sebagai penyedia kelistrikan.

Lalu, terkait pendanaan dilakukan penyusunan info memo perusahaan smelter untuk ditawarkan kepada para calon investor dan calon pendana.

"Guna mewujudkan pembangunan smelter yang dilakukan pertama biasanya kami one on one meeting dengan yang punya pemrakarsa smelter dengan penyedia energi," ungkapnya dalam 'Investment Opportunities on Nickel Projects', kemarin, Kamis (15/04/2021).

Upaya kedua yakni melakukan kerja sama dengan MKU Services LLC di Houston, Amerika Serikat, dalam rangka promosi ke pasar (market sounding) untuk mencari investor.

Selain itu, juga melakukan koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk mengusulkan smelter menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN), sehingga kendala dari sisi administrasi bisa lebih cepat dirampungkan.

Ketiga, pada tahun ini pihaknya juga akan melakukan market sounding ke Amerika Serikat, Uni Eropa, Asia dan lainnya, termasuk akan mengikuti forum bisnis atau event internasional dalam rangka promosi proyek pembangunan fasilitas pemurnian mineral.

Lebih lanjut dia mengatakan, dengan diterbitkannya Permen ESDM No.17 tahun 2020 perusahaan smelter bisa melakukan perubahan kurva S rencana pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian hingga tahun 2023.

Sampai dengan 2023 ditargetkan akan ada 53 smelter yang beroperasi. Hingga akhir 2020, smelter yang sudah beroperasi baru sebanyak 19 smelter. Sementara tahun ini diharapkan akan bertambah menjadi 23 smelter.

Khusus untuk nikel, menurutnya investasinya sebesar US$ 8 miliar di mana dari 30 smelter tersebut akan menyerap 77,59 juta ton nikel per tahunnya. Total kapasitas produksinya sebesar 5,87 juta ton per tahun.

Sementara itu, target smelter yang akan operasi tahun ini ada tiga smelter, di antaranya milik PT Aneka Tambang Tbk, PT Smelter Nikel Indonesia, dan PT Cahaya Modern Metal Industri.