a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Sinergi BUMN dan Perusahaan Tambang Sangat Dibutuhkan

Sinergi BUMN dan Perusahaan Tambang Sangat Dibutuhkan
JAKARTA - Indonesia dinilai bisa menjadi produsen utama komponen baterai dan kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara. Ke depan, kendaraan listrik atau electric vehicles (EV) bakal mendominasi pasar moda transportasi.

"Indonesia diharapkan dapat menjadi pemain utama untuk manufaktur baterai dan produsen EV di Asia Tenggara dan tidak hanya sekadar menjadi perpanjangan pasar," kata Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha dalam diskusi virtual, Rabu (10/3).

Menurut Satya, baterai merupakan salah satu komponen terpenting dalam pengembangan EV. Indonesia, lanjutnya, bisa menjadi pemain utama baterai kendaraan listrik karena memiliki cadangan nikel dan kobalt sulfat sebagai bahan baku baterai, yang cukup besar.

Namun, dia berpendapat dibutuhkan kerja sama yang intensif dari BUMN dan perusahaan tambang guna mewujudkan hal tersebut.

Satya menambahkan EV sangat linear dengan kebijakan pemerintah Indonesia terkait Ratifikasi Perjanjian Paris yaitu mengurangi emisi karbon sebesar 29 persen dan 41 persen dengan bantuan internasional hingga 2030. Selain juga linear dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama poin nomor tujuh.

Menurut dia, Indonesia merupakan salah satu negara pengguna kendaraan roda dua terbesar yang menghasilkan banyak emisi karbon, sehingga adanya kendaraan listrik merupakan salah satu solusi mengatasi emisi karbon tersebut.

Peran Swasta

Pada 2025, Indonesia menargetkan mampu memproduksi 2,1 juta sepeda motor listrik. Peran sektor swasta di Indonesia, lanjutnya, juga penting dalam mengakselerasi pengembangan EV.

Satya menambahkan salah satu kendala pengembangan EV, yaitu mengenai harga. Kebanyakan pengguna kendaraan roda dua, merupakan kelompok masyarakat ekonomi menengah ke bawah, sehingga cukup sulit membeli motor listrik, yang harganya relatif mahal.

Karenanya, menurut dia, perlu adanya kebijakan yang bisa membuat harganya menjadi lebih kompetitif, misalnya melalui pemberian insentif fiskal maupun nonfiskal.

Satya juga mengatakan kolaborasi dan koordinasi dari swasta dan pemerintah di kawasan Asia Tenggara menjadi hal yang penting, dalam upaya percepatan pengembangan EV.