Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia Battery Corporation (IBC), konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pengembangan baterai kendaraan listrik, menargetkan pembangunan smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang menghasilkan salah satu komponen baterai dimulai pada 2022.
Agus Tjahajana Wirakusumah, Ketua Tim Percepatan Baterai Kendaraan Listrik, mengatakan saat ini pihaknya masih berkomunikasi dengan calon mitra, dan pada penghujung tahun ini ditargetkan bisa mulai melakukan uji kelayakan (feasibility study/ FS) dan pada tahun depan ditargetkan desain teknis tuntas, sehingga bisa mulai membangun pabrik HPAL.
"Pabrik HPAL diharapkan bisa selesai dua tahun, akhir 2024 sudah terealisasi, sehingga kita bisa dapatkan komponen untuk proses selanjutnya, precursor dan katoda baterai," ungkapnya saat wawancara dalam program "Energy Corner, Special Edition New Energy" CNBC Indonesia, Senin (24/05/2021).
Agus melanjutkan, sampai 2030 ditargetkan IBC akan membangun 30 Giga Watt hours (GWh) baterai. Selanjutnya, akan dibangun pabrik baterai hingga berkapasitas 140 GWh.
"Kapasitas akan ada secara bertahap, karena pasar belum besar. Realitanya kita harus bertahap. Sampai 2030 nanti kita akan membangun 30 Giga Watt hours, selanjutnya kita akan bangun 140 Giga Watt hours seiring dengan berkembangnya pasar dalam negeri maupun luar," tuturnya.
Seperti diketahui, Menteri BUMN Erick Thohir sudah resmi mengumumkan pembentukan IBC pada 26 Maret 2021 lalu. IBC merupakan perusahaan patungan dari empat BUMN yakni Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID (PT Indonesia Asahan Aluminium/Inalum), lalu PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Kepemilikan saham dari masing-masing BUMN ini adalah 25%.