a a a a a
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

SUN Energy prediksi penjualan panel surya tumbuh 4 kali lipat pada tahun ini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatatkan kenaikan pendapatan usaha pada segmen batubara, khususnya dari luar negeri.

Melansir laporan keuangan ADRO di semester pertama 2021, penjualan segmen pihak ketiga batubara dari pasar ekspor tumbuh hingga 21,88% yoy menjadi US$ 1,17 miliar dari sebelumnya US$ 964,58 juta di Juni 2020. Sedangkan penjualan domestik sebesar US$ 304,59 juta atau naik 7,8% yoy.

Febriati Nadira, Head of Corporate Communications Adaro Energy mengatakan, komposisi penjualan batubara ADRO ke pasar Asia Tenggara mencapai 22% dengan pasar Malaysia yang terbesar pada semester pertama 2021.

"Porsi penjualan ke China naik menjadi 20%, sejalan dengan kenaikan permintaan negara ini terhadap produk batubara termal dan metalurgi," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (3/10). Adapun produk E4700 dan E4900 tetap mendominasi penjualan batubara Adaro Energy, yang ditopang oleh permintaan yang solid.

Melansir laporan operasional kuartalan tentang kinerja kuartal kedua 2021, manajemen ADRO melihat pasar batubara termal seaborn ditopang oleh beberapa faktor. Berbagai faktor ini antara lain pengisian persediaan untuk musim panas, penurunan kinerja PLTA dan kenaikan harga gas di Asia bagian timur laut, serta pertumbuhan permintaan pembangkit listrik batubara termal sebesar 10% yoy di China.

Lebih lanjut, impor batubara China dari April sampai Juni 2021 menguat di tengah pengetatan suplai. Larangan tak resmi China terhadap batubara Australia berdampak pada tetap tingginya permintaan batubara Indonesia. Tingginya permintaan dari China juga memperkuat harga batubara Indonesia yang naik hampir setiap minggu selama kuartal kedua 2021.

Sedangkan untuk pasar batubara metalurgi seaborne pada kuartal kedua 2021 mendapatkan dukungan kuat dari pasar China maupun selain China. Hal ini didorong oleh stimulus pemerintah yang mencatat rekor tertinggi serta dibukanya kembali kegiatan ekonomi global, sehingga mendorong peningkatan produksi baja global dengan China di garis terdepan.

Hal ini terjadi juga seiring dengan investasi real estat yang bertumbuh pesat di China. Tak hanya di China, produksi baja di beberapa negara lain juga meningkat seperti di Jepang, India, dan Korea Selatan.

Adapun arus perdagangan konvensional batubara Australia ke China mulai diseimbangkan oleh kenaikan ekspor batubara Amerika Serikat (AS)/Kanada ke China. Ekspor AS ke China ditunjang oleh arbitrase harga yang signifikan dan berkelanjutan karena adanya larangan China terhadap batubara Australia. Akibatnya, permintaan batubara metalurgi sangat solid di sepanjang periode ini.

Sepanjang semester pertama 2021, realisasi volume penjualan batubara Adaro Energy turun 5% yoy atau menjadi 25,78 juta ton.

Khusus kuartal kedua 2021, produksi batubara ADRO mencapai 13,62 juta ton, atau naik 7% dari kuartal kedua 2021. Adapun volume penjualan batubara pada kuartal kedua 2021 mencapai 13,19 juta ton, atau naik 4% yoy.

Baca Juga: Operasikan sejumlah PLTU, Adaro Energy masih pelajari perkembangan pajak karbon

Febrianti menegaskan, Adaro akan terus mengikuti perkembangan pasar dan menjaga operational excellence untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. "Fundamental jangka panjang pasar batubara masih menjanjikan didukung oleh pertumbuhan terutama wilayah Asia Tenggara dan Asia Selatan," ujar dia.

Saat ditanya apakah akan menambah bidikan pasar baru, Febrianti menjawab, Adaro Energy sampai dengan saat ini masih mempertahankan ekspor di wilayah Asia Tenggara, China, Asia Timur, India, dan Selandia Baru.

Pada semester pertama 2021, komposisi penjualan batubara ADRO masih didominasi dari dalam negeri. Perinciannya, penjualan ke Indonesia 28%, diikuti Asia Tenggara sebesar 22%, kemudian China 20%, Asia Timur 18%, India 10%, dan sisanya ke Selandia Baru.