Timah (TINS) fokus garap proyek smelter berteknologi TSL Ausmelt pada tahun 2021
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen timah dan logam dasar PT Timah Tbk (TINS) terus fokus menyelesaikan pembangunan smelter pemurnian timah berteknologi TSL Ausmelt Furnace.
Sekretaris Perusahaan Timah Muhammad Zulkarnaen menyampaikan, proyek smelter TSL Ausmelt merupakan proyek multiyear yang ditargetkan selesai sesuai jadwal pada tahun 2022 mendatang. Tadinya, target operasional proyek ini ditetapkan pada tahun 2021. Namun, akibat efek pandemi Covid-19, TINS terpaksa memundurkan target penyelesaian smelter tersebut.
Sepanjang tahun 2020 lalu, aktivitas proyek yang telah selesai dilakukan TINS antara lain penandatanganan kontrak engineering, procurement, and construction (EPC), peletakan batu pertama, dan konstruksi.
Baca Juga: Royalti batubara IUPK diusulkan progresif hingga 20%, penerimaan negara bisa naik 7%
“Untuk tahun ini, aktivitas proyek TSL Ausmelt difokuskan pada penyelesaian civil construction dan instalasi peralatan utama serta peralatan pendukung,” tutur dia, hari ini (8/2).
Manajemen TINS menyediakan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 1,95 triliun pada tahun ini. Belanja modal yang ditujukan untuk proyek smelter TSL Ausmelt ditetapkan sebesar Rp 545 miliar.
Dana ini merupakan bagian dari rencana peningkatan kapasitas produksi TINS. “Pendanaan capex kami berasal dari long term financing melalui export credit agency,” tambah Zulkarnaen.
Proyek yang berlokasi di Muntok, Bangka Barat ini dilakukan di atas lahan seluas 2,1 hektare (ha). TINS bekerja sama dengan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) guna menggarap proyek tersebut.
Baca Juga: Emiten nikel siap jaga produksi tahun ini
Dia melanjutkan, beroperasinya smelter TSL Ausmelt kelak akan memberi dampak terhadap peningkatan produksi logam dan optimalisasi biaya produksi logam TINS di masa depan. Sebab, smelter ini memiliki keunggulan dibandingkan fasilitas tanur (furnace) tetap.
Di antaranya, smelter TSL Ausmelt dapat mengolah konsentrat dengan kadar timah (Sn) lebih rendah dan dapat menggunakan konsentrat timah primer sebagai pencampur bahan baku dan tidak ada hardhead (FeSn) yang dikeluarkan dari tanur.
Selain itu, smelter ini memiliki kapasitas peleburan yang lebih besar yakni mencapai 40.000 ton crude tin per tahun. Proses kerja smelter ini juga lebih terkendali dengan adanya Process Control System (PSC).
Baca Juga: Ada PPKM mikro, Erajaya Swasembada (ERAA) optimistis penjualan tahun ini positif
Zulkarnaen menambahkan, Lelehan terak dari smelter TSL Ausmelt merupakan bahan baku tanur fuming yang akan menghasilkan debu timah. Nantinya, debu tersebut dapat diolah kembali di dalam smelter TSL Ausmelt.
Smelter baru TINS ini juga menghasilkan efisiensi energi dari proses peleburan timah dalam tanur yang lebih baik. Smelter ini turut dilengkapi proses desulfurisasi gas buang yang menghasilkan gypsum sebagai produk samping dan waste water treatment plant (WWTP) yang sebagian besar air hasil pengolahannya dapat disirkulasi dan digunakan kembali untuk kebutuhan pabrik.
“Tingkat keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan smelter baru ini juga lebih baik. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk operasional smelter juga relatif lebih sedikit,” ungkap Zulkarnaen.