Vale Indonesia catatkan pendapatan positif di tahun ini, simak rekomendasi saham INCO
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatatkan kenaikan pendapatan 18,3% secara year on year (yoy) menjadi US$ 207 juta pada kuartal satu 2021. Pendapatan ini meningkat 6,6% secara kuartalan atawa quarter on quarter (qoq) .
Margin laba kotor INCO meningkat menjadi 25,1% secara yoy, begitu pula dengan margin laba operasi yang naik menjadi 24,5%. Untuk laba bersih, catatan INCO di kuartal satu 2021 meningkat 16,4% secara yoy dan 445,3% secara qoq menjadi US$ 34 juta.
Laba bersih yang dicatatkan di kuartal satu tersebut mencapai 35,4% dari proyeksi analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu di tahun 2021. Dalam riset 30 April, Dessy memperkirakan laba INCO tahun ini bisa mencapai US$ 95 juta.
Manajemen INCO sedang berfokus pada pembangunan kembali furnace 4 di tahun ini, yang diperkirakan akan dimulai pada November 2021, dari target awal Mei 2021. Hal tersebut dinilai akan mengganggu produktivitas sehingga manajemen menargetkan produksi 2021 di angka 64.000 ton.
Baca Juga: Asyik, INCO sisihkan dividen US$ 33 Juta setelah absen sejak tahun 2014
Dessy memproyeksikan target produksi di tahun 2021 mencapai 63.000 ton atau turun sebanyak 13,0% secara yoy. Sementara itu untuk produksi di tahun 2022 diperkirakan akan kembali pada angka normal dengan proyeksi di angka 78.800 ton atau naik 25% secara yoy.
Manajemen di tahun ini mengalokasikan anggaran belanja modal atau capex sebesar US$ 135 juta, lebih tinggi 12,5% secara yoy dari alokasi di tahun 2020 yaitu US$ 120 juta. Sebagian besar anggaran tersebut akan digunakan untuk pembangunan furnace 4 yang sempat tertunda.
Selain itu, biaya akan digunakan untuk pengembangan infrastruktur tambang, dan peremajaan alat. Seluruh dana capex INCO tahun ini berasal dari kas internal. Untuk posisi kas INCO tercatat pada level US$ 389 juta di akhir tahun 2020, dengan net gearing -0,19x.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham Vale Indonesia (INCO) di tengah potensi penurunan produksi
Dessy memproyeksikan harga nikel global di tahun 2021 di angka US$ 17.300 per ton, dan untuk 2022 sekitar US$ 18.500 per ton. Ia melihat sentimen baterai EV menjadi pendorong optimisme investor terhadap industri nikel secara jangka panjang.
Risiko investasi pada INCO yang diperkirakan Dessy dalam risetnya adalah produksi INCO yang berada di bawah target, progres pembangunan furnace 4 yang lebih lambat, dan pelemahan harga nikel global. Dia merekomendasikan beli untuk saham INCO dengan target harga Rp 6.400 per saham.