Vale Indonesia Kaji Bijih Limonit untuk Bahan Baku Mobil Listrik
JAKARTA, Investor.id - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) terus mendukung pengembangan kendaraan listrik. Bahkan, perseroan sedang mengkaji mineral baru yang bisa digunakan untuk pengembangan industri tersebut.
Presiden Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy menjelaskan, sebagai perusahaan tambang nikel, perseroan fokus pada sisi hulu. Begitu juga dalam pengembangan mobil listrik, perseroan akan mendukung penyediaan bahan bakunya.
"Komoditas yang sedang dikaji untuk mendukung pengembangan industri tersebut adalah bijih limonit," kata Febriany dalam acara Konferensi Pers Public Expose Live, Rabu (8/9).
Menurut Febriany, bijih limonit atau bijih nikel berkadar rendah ini cocok untuk mendukung mobil listrik. Namun sayangnya, perseroan tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai kajian ini dan akan memberitahukan kelanjutan kajian tersebut tahun depan.
Selain mengkaji bijih limonit, perseroan tengah mempersiapkan pabrik smelter atau fasilitas pengolahan nikel Bahodopi di Sulawesi Tengah dan Pomalaa di Sulawesi Tenggara. Pabrik tersebut akan menghasilkan Mix Hydroxide Precipitate (MHP) dan Mix Sulphide Precipitate (MSP) yang akan menjadi bahan baku komponen baterai dalam mobil listrik.
Sementara itu, Wakil Presiden Direktur Vale Indonesia Ardiansyah Chaniago mengatakan, sejauh ini, perseroan sudah menggandeng dua mitra strategis asal Tiongkok, Taiyuan Iron & Steel (Group) Co Ltd (Taigang) dan Shandong Xinhai Technology Co Ltd, untuk menggarap fasilitas pengolahan nikel Bahodopi. Kemudian, perseroan juga tengah mengurus perizinan terkait analisis dampak lingkungan (Amdal) untuk fasilitas pengolahan Pomalaa.
"Awal tahun depan, kami harapkan izin untuk fasilitas di Pomalaa telah dilengkapi, sehingga bisa masuk ke tahap konstruksi. Begitu juga dengan fasilitas di Bahodopi, diharapkan bisa mendapatkan final investment decision (FID) pada akhir tahun ini atau awal tahun depan," kata dia.
Chief Financial Officer Vale Indonesia Bernardus Irmanto menambahkan, tahap konstruksi untuk pabrik HPAL (high pressure acid leaching) ini cukup panjang, sehingga pabrik tersebut diperkirakan mulai beroperasi sekitar tahun 2026.
Hingga kuartal II-2021, Vale Indonesia mencatat penjualan US$ 208,4 juta dengan volume 15.845 ton nikel matte. Volume penjualan tersebut meningkat 7% dari kuartal I-2021, di tengah realisasi harga nikel yang lebih rendah pada kuartal II-2021.
EBITDA pada kuartal II-2021 mencapai US$ 72,3 juta, lebih rendah 18,67% dari kuartal I-2021 yang mencapai US$ 88,9 juta. Penurunan ini disebabkan oleh biaya yang lebih tinggi dan realisasi harga rata-rata nikel yang lebih rendah. Akibatnya, laba perseroan pada kuartal II-2021 menurun 25,51% menjadi US$ 25,1 juta dari US$ 33,7 juta pada kuartal I-2021.