Wamenlu Bicara Kerja Sama RI - China: Ekspor Naik, Defisit Perdagangan Ditekan
Wakil Menteri Luar Negeri, Mahendra Siregar, menganggap hubungan Indonesia dengan China bukan lagi sekadar teman, tetapi sudah menjadi sahabat. Apalagi, hubungan bilateral kedua negara sudah dimulai sejak 1950.
Mahendra menuturkan perdagangan Indonesia dengan China memang sangat menonjol. Ia membeberkan di tahun 2020 atau di tengah pandemi, ekspor Indonesia ke China meningkat 13 persen atau USD 31,7 miliar. Kondisi tersebut membuat defisit bisa ditekan menjadi USD 7,85 miliar.
“Jadi ini satu pesan yang luar biasa, justru saat pandemi kita bisa meningkatkan ekspor ke RRT dan akibatnya defisit mencapai terendah sejak 2013, sejak 8 tahun terakhir,” tutur Mahendra saat webinar, Selasa (4/5).
Selain itu, Mahendra menganggap kerja sama Indonesia dengan China semakin berkualitas. Hal itu, kata Mahendra, bisa dilihat dari produk Indonesia yang diekspor ke China semula mayoritas belum diolah.
Wamenlu Bicara Kerja Sama RI - China: Ekspor Naik, Defisit Perdagangan Ditekan (1) Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu (13/1). Foto: Dok. Kementerian Luar Negeri Barang mentah tersebut membuat Indonesia belum mendapatkan nilai tambah yang tinggi dari barang yang diekspor. Ia merasa kondisinya saat ini sudah berubah karena ada peran dari China. ADVERTISEMENT “Belakangan ini yang sangat menonjol adalah ekspor baja dan produk baja dan besi dari Indonesia ke RRT yang adalah hasil investasi dari RRT di Indonesia sendiri. Artinya kita berhasil mencapai 1 konsep yang dari awal kita ingin dorong dalam pembangunan ekonomi Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam yang ada di Indonesia,” kata Mahendra. Mahendra mengatakan pemerintah sudah berupaya meningkatkan nilai tambah produk yang mau diekspor seperti nikel dan biji besi melalui kerja sama dengan negara lain. Keberhasilan upaya tersebut ternyata didapatkan melalui investasi dan kerja sama dengan China. “Sehingga mulai 2019 Indonesia tercatat sebagai salah satu eksportir besar dunia untuk beberapa macam produk besi, baja dengan daya saing yang sangat tinggi. Nah khusus untuk itu, berangkat dari produk berbasis nikel, biji besi, kita tak akan berhenti di besi baja saja,” ujar Mahendra.
“Ambisinya dilanjut sampai kepada baterai bahkan keturunannya yang lebih jauh sampai electric vehicle yang kita tahu di RRT juga mengalami pertumbuhan luar biasa dan bisa dikatakan produsen sekaligus pasar utama dunia,” tambahnya.