Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya menggenjot hilirisasi di sektor pertambangan mineral dan batubara (minerba) sehingga Indonesia tidak lagi hanya mengekspor bahan mentah. Apalagi, hilirisasi ini juga bisa ikut menekan defisit neraca berdagangan dan transaksi berjalan yang selama ini menjadi permasalahan
Gubernur Papua Lukas Enembe menegaskan menolak Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) usulan PT Inalum yang diketahui adalah PT Indocopper Investama. Lukas pun meminta Inalum mengganti nama atau bahkan membuat BUMD baru yang bakal menangani 10% saham Freeport bagi Papua
Front Pemerhati Pertambangan Sultra menindak tegas atas kegiatan penambangan, pemuatan, dan penjualan biji nikel (Ore) tanpa izin ilegal mining yang dilakukan PT. Alam Mitra Indah Nugraha (PT. Amin) dan PT. Geo Partner Indonesia (PT. GPI) di Laburino wilayah Desa Mosiku Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara
Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Pemantau Anggaran dan Investasi Negara (LSM TARING) Sumbawa Barat Wirawansyah Mappaconga meragukan komitmen PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) untuk serius membangun smelter atau perusahaan pengolahan untuk pemurnian konsentrat hasil penambangan, lantaran dilokasi pembangunan tidak lagi terlihat adanya aktifitas
Eksplorasi merupakan faktor yang paling fundamental di industri pertambangan. Sebab, tidak akan ada kegiatan penambangan tanpa ada kegiatan eksplorasi. Agar investor tertarik melakukan investasi dan mengembangkan bisnis tambang di Indonesia, pemerintah seharusnya berbagi risiko dengan memberikan data eksplorasi yang baik, murah dan mudah diakses
WAKIL ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bangka Belitung (Babel) Dedy Yulianto menantang Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) atau Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) untuk membuktikan asal-usul timah yang didapati seluruhnya berasal dari Smelter legal
PT Timah Tbk (TINS) membukukan kinerja konsolidasi yang kurang memuaskan pada kuartal III-2018. Laba bersih perseroan turun hampir 15% karena penurunan harga timah, padahal perseroan perseroan berhasil meningkatkan jumlah produksi