Kantor Wilayah (Kanwil) Bea Cukai Banten terbitkan izin kawasan berikat kepada PT Cahaya Modern Metal Industri (CMMI) yang berlokasi di Kecamatan Cikande, Serang, Banten, pada Selasa (15/10)
Pemerintah telah menetapkan larangan ekspor bijih nikel mulai 1 Januari 2020. Pelarangan ini lebih cepat dua tahun dari Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 yang memperbolehkan ekspor bijih nikel dengan kadar di bawah 1,7 persen hingga 2022. Dengan begitu, segala bentuk ekspor nikel dalam bentuk mentah hanya bisa dilakukan hingga 31 Desember 2019
Bila di semester pertama 2019, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masih membukukan rugi sebesar US,17 juta. Maka di kuartal ketiga, perseroan mampu membalikkan keadaan dengan berhasil membukukan laba bersih US0.000 pada akhir kuartal III/2019. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan yang dirilis di Jakarta, kemarin
Kinerja keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) secara tahunan tertekan oleh penurunan kinerja operasional. Meski begitu, kinerja INCO kembali membaik jika dilihat secara kuartalan. Bukan hanya operasional, tapi juga dari sisi keuangan
Harga nikel menyentuh level tertinggi lebih dari satu pekan, Kamis, setelah pihak berwenang di Papua Nugini menutup proyek nikel setelah menumpahkan Lumpur ke perairan
Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin tampak hadir di Istana Kepresidenan pada Jumat (25/10/2019) terkait dengan penunjukan wakil menteri dalam Kabinet Indonesia Maju. Bagaimana laju saham tiga emiten yang ada di bawah naungan Inalum?
Perusahaan tambang nikel terbesar Tanah Air, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan kinerja keuangan yang mengecewakan pada akhir kuartal III-2019. Pasalnya, laba bersih perusahaan terperosok hampir dua kali lipat, yakni 99,71% secara tahunan (year-on-year/YoY)
Perusahaan yang bergerak di bidang tambang mineral, PT Trinitan Metals and Minerals Tbk (PURE) langsung bersiap melakukan kegiatan ekspansi bisnisnya usai initial public offering (IPO) pada 9 Oktober lalu
PT AKR Corporindo Tbk melaporkan penurunan laba bersih sebesar 56,5% secara tahunan (year-on-year) pada kuartal ketiga tahun ini menjadi Rp 565 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan berkode efek AKRA itu mencetak laba Rp 1,3 triliun. Penurunan laba yang cukup besar salah satunya dipicu oleh turunnya penjualan dan pendapatan sebesar 10,16% secara tahunan menjadi Rp 15,12 triliun