Awal perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat (20/3/2020), terlihat Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) kembali terperangkap di zona merah. Melansir RTI, pada pukul 09.05 WIB, IHSG menyentuh level 3.928,4 atau turun 177,01 poin (4,3 persen) dibanding penutupan Kamis (19/3/2020), yakni pada level 4.105,42.
Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Bangka Barat mendesak PT Timah Tbk memberikan perhatian lebih melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk wilayah Bangka Barat yang merupakan lokasi operasi PT Timah Tbk
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan masih memantau aktivitas pembelian saham kembali (buyback) yang dilakukan oleh perusahaan pelat merah
PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) terus mempercepat proses pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) untuk komoditas timbal dan seng. Tim Verifikasi dari Independent Surveyor Indonesia dan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah melakukan verifikasi ke PT KPC, Kamis (19/3) di Kelurahan Kumai Hulu, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng.
Harga emas batangan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk pada Senin (23/3/2020) berada di angka Rp 861.000 per gram. Angka tersebut turun Rp 9.000 jika dibandingkan harga emas pada Minggu (22/3/2020).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 3,8 persen ke kisaran 4.034,1 pada akhir sesi pertama perdagangan hari ini, Senin (23/3/2020). Melemahnya IHSG seiring bursa Asia yang juga berada di bawah tekanan jual
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 3,8 persen ke kisaran 4.034,1 pada akhir sesi pertama perdagangan hari ini, Senin (23/3/2020). Melemahnya IHSG seiring bursa Asia yang juga berada di bawah tekanan jual.
Wabah virus Covid-19 berdampak langsung terhadap industri mineral dan batu bara (minerba) nasional. Disan Budi Santoso, Direktur Eksekutif Center for Indonesian Resources Strategic Studies (CIRUSS), mengatakan dampak yang ditimbulkan adalah pengurangan permintaan kebutuhan mineral dan batu bara seiring penurunan permintaan konsumen, khususnya manufaktur dan industri.
Efek gulir dari pandemi Corona telah mengancam kinerja produksi dan penjualan nikel Indonesia. Tak hanya bijih atau ore, Corona juga mengganjal produksi dan penjualan produk olahan nikel yang dihasilkan smelter di dalam negeri