Kementerian Perindustrian mendorong pengembangan industri hulu baja dalam negeri. Keberadaan industri hulu baja ini memiliki dampak berantai (multiplier effect) yang besar bagi pembangunan ekonomi Indonesia
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menuturkan nilai ekspor baja (stainless steel) dari kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah, pada 2021 ditargetkan mencapai US$ 13-15 miliar atau setara Rp 222 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$), naik dari perkiraan tahun ini sebesar US$ 10 miliar atau sekitar Rp 148 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$). Hal ini diungkapkan Luhut dalam acara Sarasehan Virtual 100 Ekonom bertema "Transformasi Ekonomi Indonesia Menuju Negara Maju dan Berdaya Saing" yang ditayangkan CNBC Indonesia, Selasa (15/09/2020)
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM Bahlil Lahadalia mengaku belum ada rumus untuk mendorong investasi di tengah pandemi. Dia mengatakan tidak ada satu negara pun yang siap menghadapi kondisi seperti saat ini
Kita tahu bahwa Pemerintah Indonesia mendukung inisiatif program mobil listrik dan sejenisnya, dan kali ini ini datang sebuah kejutan berupa pengumuman bahwa Indonesia akan mulai mengembangkan dan memproduksi baterai untuk mobil listrik. Yap, betul, kalian tidak salah dengar. Indonesia sebentar lagi akan membuat baterai untuk mobil listrik, tapi bagaimana ini semua bisa terjadi? Yuk kita bahas.
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjelang akhir pekan ini berpotensi mengalami tekanan. Tekanan jual masih membayangi IHSG disertai penurunan bursa saham Wall Street pada perdagangan sebelumnya
Pemerintah menyadari investasi dan aktivitas eksplorasi pertambangan mineral dan batubara (minerba) masih terbilang rendah. Ada sejumlah kebijakan yang akan diterbitkan pemerintah sebagai strategi menggenjot eksplorasi, diantaranya melalui kewajiban eksplorasi lanjutan dan Dana Ketahanan Cadangan (DKC) minerba
PT Kapuas Prima Coal Tbk, emiten yang bergerak di bidang pertambangan logam dasar (galena), menyiapkan dana US$ 3-4 juta dolar per tahun untuk pengembangan dan eksplorasi lahan tambang perusahaan. Luas tambang perseroan yang memproduksi logam dasar yang terdiri dari konsentrat timbal (Pb), konsentrat seng (Zn), dan perak (Ag) tersebut sebesar 5,569 ha, dengan area yang baru di produksi sebesar 390 ha. Langkah ini diambil karena besarnya pangsa pasar dan menjaga keberlanjutan usaha perusahaan untuk memastikan adanya cadangan yang cukup untuk jangka panjang.