PT Vale Indonesia Tbk (INCO), perusahaan tambang dan pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel asal Brazil, berencana akan menghentikan (shutdown) operasional satu tanur smelter pada pertengahan Desember 2021.
Ada 6 perusahaan yang menyatakan berminat untuk menjadi pelaksana proyek pembangunan smelter. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya melakukan penelusuran minat termasuk melakukan one-on-one meeting dari berbagai instansi.
PT PP Presisi Tbk (PPRE) mengembangkan jasa pertambangan sebagai sumber recurring income. Perseroan melihat peluang dari peningkatan harga nikel yang terus melonjak didorong oleh permintaan akan bahan baku baterai yang ditandai oleh pembangunan smelter dan pabrik pembuatan baterai.
Sepanjang sembilan bulan pertama 2021, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) membukukan kenaikan pendapatan bersih 4,5% year on year (yoy), dari Rp 10,15 triliun menjadi Rp 10,61 triliun. Kinerja positif ini seiring dengan volume penjualan keseluruhan yang tumbuh 6,9%.
Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mengeluhkan transaksi penjualan bijih nikel ke smelter masih belum mengikuti harga patokan mineral (HPM) yang ditetapkan meski telah diregulasi. Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin Lengkey mengatakan bahwa tata kelola nikel domestik harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah.
Tidak hanya batu bara maupun nikel, Indonesia juga menyimpan "harta karun" raksasa lainnya, bahkan terbesar keenam di dunia. "Harta karun" yang dimaksud di sini yaitu bauksit.
PT Timah Tbk (TINS) akan fokuskan belanja modal di kuartal IV untuk penyelesaian pembangunan smelter timah. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS, Wibisono menuturkan hingga kuartal III-2021 perusahaan telah menyerap anggaran belanja modal atawa capital expenditure (capex) sekitar Rp 500 miliar.