9 Emiten Getol Tarik Utang Jumbo di Perbankan, Mengapa?
Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten lebih memilih mengambil pendanaan dari perbankan alias menarik utang dibandingkan dengan pendanaan lain. Emiten di tenggarai mencari pendanaan yang lebih mudah di tengah pandemi. Berdasarkan catatan Bisnis, setidaknya terdapat 9 emiten yang menarik pinjaman baru pada Mei-Juni 2021.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengungkapkan aksi korporasi berupa penarikan pinjaman merupakan salah satu cara menambah dana segar yang lebih mudah.
"Memang penarikan dana dari perbankan menjadi salah satu cara emiten untuk menambah dananya yang nantinya dapat dipakai keperluan operasionalnya, menambah modal kerja, atau restrukturisasi utang yang ready to use," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (30/6/2021).
Menurutnya, pilihan mengambil pinjaman perbankan dilakukan karena kemudahan dan kecepatan pencairannya, jika dibandingkan dengan menggalang dana via rights issue maupun penerbitan obligasi/sukuk.
Penarikan pinjaman, terangnya, bagaimanapun akan meningkatkan liabilitas perseroan. Dengan demikian, salah satu indikator yang perlu diperhatikan emiten yakni besaran bunga saat pinjaman dilakukan.
"Kalau menarik pinjaman maka akan bertambah di sisi liabilitasnya, tetapi harus dilihat juga, ketika menarik pinjaman ini rate bunga lebih rendah atau lebih tinggi dari sebelumnya," katanya.
Bagi para investor, aksi korporasi ini mesti diperhatikan dari sisi penggunaan dananya, jika digunakan untuk ekspansi atau membiayai operasional perseroan dapat menjadi pertanda positif. Emiten yang meneken fasilitas kredit bank (Mei-Juni 2021), antara lain:
PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) Perjanjian kredit Rp1 triliun untuk anak usaha Protelindo dan Iforte. PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) Fasilitas kredit US$120 juta untuk pelunasan pinjaman sindikasi, biaya fasilitas, dan keperluan umum. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) US$50 juta dari Bank Mandiri untuk mendukung kegiatan operasional perseroan. PT Kapuas Prima Coal Tbk. (ZINC) US$96 juta dari Bank Mandiri.
Rencana penggunaan dana untuk refinancing US$23,45 juta, modal kerja US$10,9 juta, belanja modal US$36,65 juta, dan penyelesaian smelter US$25 juta PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) US$280 juta dan Rp1 triliun dari Bank Mandiri. Penggunaan dana untuk membiayai operasional harian dan mendukung modal kerja perseroan.
PT Link Net Tbk. (LINK) Rp1,5 triliun dari Bank CIMB Niaga. Tujuan untuk pembiayaan kembali atas utang perseroan yang ada saat ini, pengeluaran modal (capex), dan tujuan umum perusahaan PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk. (SIPD) Kredit modal kerja Rp200 miliar dan lindung nilai Rp75 miliar dari Bank QNB Indonesia. Tujuan untuk pembiayaan kebutuhan modal kerja perseroan. PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA) Rp200 miliar dari Bank CTBC Indonesia untuk
pembiayaan pembelian unit kendaraan baru. PT Cisadane Sawit Raya Tbk. (CSRA) Rp345 miliar dari Bank Mandiri. Tujuan untuk pembiayaan kembali (refinancing) atas aset perusahaan.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "9 Emiten Getol Tarik Utang Jumbo di Perbankan, Mengapa?", Klik selengkapnya di sini: https://market.bisnis.com/read/20210630/192/1412075/9-emiten-getol-tarik-utang-jumbo-di-perbankan-mengapa. Author: Rinaldi Mohammad Azka Editor : Hafiyyan
Download aplikasi Bisnis.com terbaru untuk akses lebih cepat dan nyaman di sini: Android: http://bit.ly/AppsBisniscomPS iOS: http://bit.ly/AppsBisniscomIOS
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.