INDOPOS.CO.ID - Sekitar 2.000 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Tiongkok saat ini "membanjiri" Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng). Menurut rencana, 1.000 TKA bakal bertambah di kawasan industri tersebut, seiring dengan pembukaan industry baru dan PLTU penopangnya. Dengan demikian, total jumlah TKA asing asal Tiongkok yang bekerja di sana sekitar 3.000 orang di tahun 2018 ini.
Terungkapnya jumlah TKA yang banyak itu berawal dari insiden jatuhnya helikopter jenis Bell 249 Ranger, di Kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (PT IMIP), Jumat (20/4) lalu. Helikopter disebut-sebut membawa enam orang TKA asal Tiongkok.
Koordinator Media Relation PT IMIP, Dedy Kurniawan, yang dihubungi INDOPOS, Minggu (23/4) membenarkan jumlah TKA asal Tiongkok tersebut. Namun ia meluruskan berita yang menyebutkan, korban dalam insiden helikopter tersebut adalah TKA dari negeri tirai bambu yang bekerja di sana.
"Enam orang itu kru rumah produksi dari Tiongkok. Mereka mendapat orderan untuk membuat company profil perusahaan investor Tiongkok yang beroperasi di sini (kawasan industry IMIP). Mereka bukan TKA," ujar Dedy.
Dikatakan, jumlah pekerja asing di kawasan industri Morowali saat ini sesuai izin dari Kementerian Ketenagakerjaan, ada sekitar 2.000 orang. Mereka bekerja di sektor infrastruktur dan enginering.
Seluruh TKA tersebut menurut Dedy, tersebar di seluruh pabrik. Jumlahnya bervariasi, ada yang seratusan orang dalam satu pabrik, ada juga yang mencapai dua ratusanan orang.
Bahkan, jumlah TKA itu kemungkinan bakal bertambah di tahun 2018 ini. "Pada tahun ini, ada rencana 3 investor baru yang mau bangun 3 pabrik dan 2 PLTU,” jelas Dedy.
Saat ini tambahnya, di kawasan tersebut sudah berdiri 8 pabrik dan 3 PLTU. Dengan adanya tambahan 5 pabrik, maka total usaha di sana menjadi 11 pabrik dan 5 PLTU.
"Pembangunan tambahan 3 pabrik dan dua PLTU, dikirakan akan ada penambahan 800 TKA. Jika perkiraan ini terjadi maka total jumlah TKA akan mendekati 3.000 orang," imbuhnya.
Walau demikian, tambah Dedy, jumlah TKA sejak dua tahun lalu secara bertahap mengalami pengurangan. Karena tujuan mendatangkan TKA tersebut adalah dalam rangka alih teknologi.
Sebut saja misalnya, di PT Sulawesi Mining Investmen (SMI) yang memproduksi Nickel Pig Iron dan Stainless Steel. Saat ini, jumlah TKA di sana hanya tersisa 10 persen dari sekitar 2.000-an tenaga kerja di perusahaan itu.
"Ini artinya, jumlah tenaga kerja Indonesia lebih besar, mencapai 90 persen atau mendominasi dari keseluruhan jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut," jelas Dedy.
Tak sekedar urusan bisnis, PT IMIP menempatkan tenaga ahli di Morowali, untuk memperkuat politeknik di sana.
"PT IMIP bekerjasama dengan Kementerian Perindustrian, membangun Politeknik Industri Logam Morowali di dalam kawasan," ujar Dedy.
Secara keseluruhan lanjutnya, jumlah tenaga kerja Indonesia yang bekerja di kawasan industri Morowali lebih dari 21 ribu orang.
"Pada akhir 2018 proyeksi kami, jumlah total tenaga kerja di kawasan industri sebanyak 25 ribu. Dibanding dengan TKA yang berjumlah 3.000 orang itu, tentu tidak banyak," beber Dedy.
Ditanya tentang usaha PT IMIP, menurutnya, yakni pengelolaan kawasan industry, seperti halnya Jababeka dan beberapa kawasan industry lainnya. PT IMIP mengelola lahan sekitar 2.000 hektar.
"Di dalam kawasan, itu bukan pabrik kami. Kami hanya mengelola saja. Adapun perusahaan yang menyewa kebanyakan perusahaan tambang, lebih banyak smelter, pabrik peleburan baja berbasis nikel, yang di olah menjadi baja anti karat. Perusahaan memang mayoritas dari Tiongkok. Produk baja anti karat kebanyakan diekspor. Serta ada juga buat dalam negeri kalau ada permintaan," beber Dedy.
Sementara itu, terkait investasi yang baru masuk, menurut Dedy, tediri dari tiga pabrik pengolahan baja (smelter) dan dua unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Ini direncanakan akan segera berdiri di kawasan PT IMIP.
Ketiga pabrik smelter secara rinci, yakni pabrik carbon steel kapasitas 3,5 juta ton pertahun. Dua pabrik lainnya, masing-masing berkapasitas 500 ribu ton dan 300 ribu ton pertahun.
Selain itu juga akan dibangun dua PLTU berkapasitas masing-masing 350x1 megawatt dan 65x2 megawatt, untuk mendukung kegiatan operasional ketiga pabrik baru tersebut.
Guna kepentingan percepatan pembangunan infrastruktur dan tiga pabrik baru serta dua PLTU tersebut, kata Dedy, pihaknya memperkirakan rencana kebutuhan TKA akan bertambah kurang lebih 800-an orang. Jika perkiraan ini benar, total jumlah TKA akan mendekati angka 3.000 orang yang semuanya untuk kebutuhan kesebelas pabrik dan lima PLTU yang ada di dalam kawasan.
"Sistemnya on end off. Artinya, keberadaan TKA-TKA tersebut hanya sementara. Jika pembangunan infrastruktur pabrik dan PLTU selesai, mereka langsung dipulangkan ke negaranya karena kontraknya juga telah berakhir,” ujar Dedy.
Saat ini, jumlah pabrik yang telah beroperasi di dalam kawasan PT IMIP sebanyak delapan pabrik dan tiga PLTU. Selain memproduksi Nikel Pig Iron, stainless steel, Hot Rolled Coil dan Cold Rolled Coil, di dalam kawasan itu juga berdiri pabrik oksigen (oxcygen plant), pabrik kokas, dan tiga unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan total kapasitas mencapai 1.130 megawatt.
Sedangkan jumlah tenaga kerja Indonesia yang bekerja dan tersebar di pabrik-pabrik yang ada di dalam kawasan PT IMIP, saat ini jumlahnya lebih dari 21 ribu orang. Akhir tahun 2018, jumlah tenaga kerja Indonesia diperkirakan akan mencapai sekitar 25 ribu orang.
"Masih lebih banyak dibanding TKA," ujarnya.
Menurut dia, banyaknya jumlah tenaga kerja Indonesia ini, dikarenakan kebutuhan tenaga kerja. Apalagi, manajemen PT IMIP juga berkomitmen untuk memprioritaskan tenaga kerja lokal (Indonesia) dalam pengoperasian seluruh pabrik dan kawasan.
Terkait adanya ribuan TKA di kawasan tersebut, Direktur TKA Kemenaker Wisno Pramono, yang dihubungi Minggu (22/4) melalui telepon seluler dan pesan pesan WhatsApp, belum bisa dikonfirmasi. Namun Kepala Biro Humas Kemnaker Sahat Sinurat menjanjikan, pihaknya akan segera merespon.
"Akan kami koordinasikan dengan unit teknis dan Kadisnaker Kendari," pungkasnya. (dai)
PEKERJA TIONGKOK DI PT IMIP
Jumlah TKA : 2.000 orang
Lokasi TKA: Tersebar di seluruh pabrik
Bidang Kerja: Infrastruktur dan enginering
Tujuan Penempatan TKA: Alih Teknologi
Rencana Tambahan TKA 2018:
Jumlah Unit Usaha: 8 pabrik, 3 PLTU
Rencana Tambahan Usaha 2018: 3 pabrik , 2 PLTU
Perkiraan Tambahan TKA: 800 orang
PENYEBARAN TKA
PT Sulawesi Mining Investmen, produksi Nickel Pig Iron dan Stainless Steel
Jumlah TKA 10% dari jumlah total TKA
Sisanya Tenaga Kerja Indonesia
PT Indonesia Morowali Industrial Park (PT IMIP)
Jumlah TKA Tiongkok: 4.000 orang
Tenaga kerja Indonesia: 21.000 orang
Jumlah pabrik di dalam kawasan PT IMIP sebanyak 8 pabrik dan 3 PLTU.
Selain memproduksi Nikel Pig Iron, stainless steel, Hot Rolled Coil dan Cold Rolled Coil, pabrik oksigen (oxcygen plant), pabrik kokas, dan tiga unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan total kapasitas mencapai 1.130 megawatt.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.