INDUSTRY.co.id - Jakarta, Harga timah pada penutupan perdagangan akhir pekan Jumat (22/09), pukul 16.00 WIB, di bursa timah Indonesia Commodity and Derivatif Exchange-ICDX ditutup di posisi US$ 20.500 per ton atau melemah sebesar 350 poin dari perdagangan hari Selasa (19/09) yang mencapai US$ 20.850 per ton.
Sementara itu, volume transaksi yang dicatatkan pelaku pasar pada perdagangan Jumat (22/09) sebanyak 25 lot.
Sekedar informasi, pada perdagangan hari Rabu (20/09) tidak ada transaksi dari kalangan pelaku pasar timah. Sedangkan di hari Kamis (21/09), adalah hari Libur Nasional yakni perayaan Tahun Baru Islam 1439 H. Meski terjadi penurunan harga timah ekspor pada perdagangan Jumat (22/09), harga rata-rata timah berada di posisi US$ 20.697,3 per lot selama 13 hari perdagangan di bulan September 2017.
Sedangkan jika dibandingkan pada periode yang sama tahun 2016, harga rata-rata timah hanya berkisar US$ 19.457 per lot. Dengan kata lain, harga timah hingga 22 September 2017 mengalami kenaikan sebesar 6,3 % dari 22 September 2016.
Harga tertinggi timah ekspor ICDX sepanjang 13 hari perdagangan, berada di posisi US$ 20.900 per lot pada perdagangan hari Selasa (05/09). Sedangkan harga terendah timah terjadi pada perdagangan hari Jumat (08/09) dengan harga US$ 20.250 per lot. Dari sisi volume transaksi, hingga Jumat (22/09), hanya mencatatkan volume sebesar 842 lot. Sedangkan diperiode yang sama tahun 2016, volume transaksi timah mencapai 1.503 lot.
Mengamati pergerakan harga timah ekspor yang diselenggarakan ICDX sepanjang bulan September 2017, cenderung berfluktuasi dengan tingkat ketajaman 500 poin. Hal ini mengindikasikan bahwa harga timah di ICDX mencari titik keseimbangan baru yang mencerminkan kontiunitas suplai dan adanya perubahan perilaku permintaan pasar.
Perubahan perilaku permintaan pasar timah ekspor, itu, besar kemungkinan dipengaruhi geopolitik di semenanjung Korea. Namun sentiment positif dari data ekonomi China membawa optimisme bagi pelaku pemurnian- smelter timah di dalam negeri.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.