Alokasi Dana Kemitraan Freeport Menurun, LPMAK Mulai Selektif Laksanakan Program
TIMIKA | Alokasi Dana Kemitraan dari PT Freeport Indonesia untuk Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro (LPMAK) di Timika, Papua saat ini mulai menurun.
Hal ini diakibatkan perusahaan yang sahamnya kini dikuasai oleh PT Inalum itu mulai menggentikan produksinya di Tambang Terbuka Open Pit, Grasberg sejak tahun 2018 .
Sekretaris Eksekutif LPMAK, Abraham Timang mengatakan, sejak ditutupnya tambang Grasberg terjadi penurunan dukungan anggaran untuk LPMAK.
Sebelumnya alokasi anggaran dana kemitraan untuk LPMAK biasanya bisa mencapai Rp 800 miliar, namun sejak tambang Grasberg ditutup jumlahnya menurun.
"Sekarang alokasinya menurun. Biasanya Rp800 M pertahun, saat ini hanya Rp600 Miliar," ungkap Abrahan di Timika, Sabtu (26/10).
“Jumlah anggarannya tergantung dari produksi freeport, apabila produksi meningkat, maka dana yang diterimapun juga meningkat. Tapi kalau produksi tambang Freeport menurun, maka anggaran ke LPMAK pun turun,” tambahnya.
Menyikapi penurunan alokasi anggaran tersebut, saat ini LPMAK mulai lebih selektif dalam melaksanakan program-progrannya.
Program yang dilaksanakan hanya program prioritas yang langsung berhubungan dengan masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.
“Pasca penutupan Grasberg, program yang kami lakukan sesuai dengan pendapatan. Itu selalu kami syukuri dan selalu disyukuri, dengan tetap menjalankan program yang ada,” ujarnya.
Seperti pendidikan, saat ini LPMAK membiayai ratusan pelajar dan mahasiswa yang menempuh pendidikan di seluruh Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri.
“Sementara kesehatan, LPMAK memiliki Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM). Selain itu ada ada fasilitas-fasilitas yang harus ditambah, guna pelayanan kepada masyarakat, khususnya Amungme-Kamoro dan tujuh suku lainnya,” terangnya.
“Intinya, sekarang ini kami betul-betul memanfaatkan dana kemitraan Freeport untuk masyarakat,” tutup Abraham.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.