Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas di pasar berjangka kontrak Februari 2019 pada Rabu (23/1/2019) hingga pukul 18:30 WIB, sedikit menguat sebesar 0,11% di posisi US$ 1.284,9/troy ounce, setelah ditutup menguat 0,06% di posisi US$ 1.282,6/troy ounce kemarin (22/1/2019).
Secara mingguan harga emas amblas 0,73% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun harga komoditas ini tercatat menguat 0,23%.
Harga emas yang meningkat hari ini nampaknya disebabkan oleh gaduh ekonomi dunia yang mulai kembali muncul ke permukaan.
Hari ini pasar dikecewakan oleh rilis data penjualan rumah di Amerika Serikat yang turun hingga level terendahnya sejak 3 tahun lalu pada Desember 2018. The National Association of Realtor mengatakan bahwa penjualan rumah turun 6,4% pada Desember, dibanding November.
Terlebih lagi, penjualan rumah bukan baru (existing), yang mana menyumbang 90% dari penjualan rumah AS anjlok 10,3% sepanjang 2018 dibanding tahun sebelumnya. Pasar perumahan terhambat akibat bunga yang tinggi serta kekurangan tenaga kerja, membuat ketersediaan rumah menjadi berkurang.
Hal ini makin menunjukkan keadaan perekonomian AS yang sedang lesu. Ditambah, hingga hari ini pemerintah masih belum kembali membuka sebagian layanan yang tutup akibat anggaran yang tak kunjung disahkan. Terhitung sudah 32 hari goverment shutdown berlangsung di AS.
Semakin lama pemerintah tutup, maka semakin lama pula tingkat konsumsi terpangkas. Sebab, tercatat hingga 800.000 PNS tidak digaji, yang membuat permintaan di sektor ritel juga berkurang.
Selain itu, kabar dari Jepang juga turut membuat kekhawatiran pelaku pasar meningkat. Rilis data ekspor Jepang hari ini membukukan nilai pertumbuhan negatif 3,8% pada periode Desember 2018 dibanding bulan sebelumnya.
Nilai ini 2 kali lipat lebih rendah daripada konsesnus pasar yang dihimpun Reuters dimana hanya memprediksi turun sebesar 1,9%. Dengan begitu pelaku pasar harus kembali menghitung ulang sebelum kembali berinvestasi pada instrumen beresiko.
Di sisi lain, Finansial Times melaporkan bahwa pihak AS menolak tawaran China untuk melakukan perundingan lanjutan yang sebelumnya dijadwalkan minggu depan, yakni 30-31 Januari 2019, mengutip Reuters. Meski kabar ini kemudian ditampik oleh penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, tapi pasar sudah kadung khawatir duluan.
Pada kondisi yang tidak stabil seperti ini, emas dilirik karena sering dijadikan pelindung nilai. Wajar, karena nilainya yang relatif stabil.
Selain itu prediksi bahwa bank sentral AS tidak akan menaikkan suku bunga tahun ini semakin kuat, dimana 98% konsensus yang dihimpun CME percaya bahwa hal tersebut benar akan terjadi.
Suku bunga acuan yang semakin tinggi normalnya memang akan mengurangi ketertarikan investor pada emas. Artinya, tahun ini daya tarik investor pada emas setidaknya tidak ditekan.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.