Didirikan pada 6 Januari 1976, PT Inalum memiliki kegiatan usaha utama yakni mengoperasikan pabrik peleburan aluminium dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Sumatera Utara, serta membangun dan mengoperasikan alumina smelter, pabrik kalsinasi kokas dan pabrik produk turunan aluminium. Kapasitas produksi pabrik mencapai 260.000 ton aluminium ingot per tahun, dengan jumlah tenaga kerja 2.112 orang.
Sementara itu, PT Antam Tbk merupakan perusahaan berbasis sumber daya alam dengan kegiatan operasi yang terintegrasi secara vertikal dan berorientasi ekspor dengan pasar utama di kawasan Asia. Komoditas utama Antam adalah bijih nikel, feronikel, emas, perak, bauksit, alumina, batu bara, serta jasa pengolahan dan pemurnian logam mulia.
Pada kuartal I-2018, komposisi penjualan Antam masing-masing 72% dari emas, perak dan jasa pemurnian, 17% feronikel, 10% bijih nikel, dan 1% bauksit dan batu bara. Sedangkan destinasi penjualan untuk pasar ekspor sebesar 62% dan domestik 38%.
Anggota holding lainnya adalah PT Bukit Asam (PTBA) Tbk. Perusahaan batu bara ini memiliki porsi ekspor sebesar 45% dan pasar domestik 55%. Pada kuartal I-2018, PTBA mencatatkan volume penjualan 6,3 juta ton, produksi 5,28 juta ton, revenue Rp 5,75 triliun, dan laba bersih Rp 1,45 triliun.
Tahun ini, PTBA memproyeksikan produksi sebanyak 25,5 juta ton atau berada di urutan keenam di bawah Kaltim Prima Coal (KPC) sebanyak 60 juta ton, Adaro Indonesia 50 juta ton, Berau Coal 33 juta ton, Kideco Jaya Agung 32 juta ton, dan Arutmin Indonesia 28,8 juta ton.
PTBA memiliki cadangan (reserves) dan sumber daya (resources) batu bara terbesar di Indonesia. BUMN ini memiliki total cadangan batu bara sebanyak 3,33 miliar ton dan sumber daya 8,27 miliar ton.
Transportasi batu bara dari lokasi tambang di Tanjung Enim menggunakan kereta api menuju Pelabuhan Kertapati di Sumatera Selatan dan ke Pelabuhan Tarahan di Lampung dengan total kapasitas angkut hingga 30 juta metrik ton per tahun (mtpa).
Di samping itu, PTBA akan membangun jalur kereta api ke pelabuhan Prajin atau ke Pelabuhan Lago di Sumatera Selatan bagian utara. Kapasitas angkutnya sebanyak 10 juta mtpa saat proyek beroperasi pada 2022. Perseroan juga sedang menyiapkan proyek pengembangan transportasi kereta api ke Lampung Selatan dengan kapasitas angkut 20 mtpa saat beroperasi pada 2030.
Selain mengelola tambang batu bara, PTBA juga mengoperasikan PLTU Tanjung Enim 3x10 MW yang beroperasi sejak 2012 dan PLTU Tarahan Port 2x8 MW yang beroperasi sejak 2013. Sedangkan di PLTU Banjarsari 2x110 MW yang beroperasi sejak 2015, PTBA memiliki 59,75% saham.
PTBA juga sedang dalam proses tender/kerja sama untuk membangun PLTU Peranap 2x300 MW, PLTU Sumsel 8 berkapasitas 2x620 MW, PLTU Sumatera 2x300 MW di Muara Enim, dan pembangkit listrik tenaga surya (solar photovoltac) 100 MW di Sumatera.
Sedangkan tiga PLTU lainnya baru tahap nota kesepahaman (MoU), yakni PLTU Kuala Tanjung 2x35 MW yang merupakan kerja sama PTBA dengan Inalum, PLTU Halmahera Timur 2x40 MW (kerja sama PTBA dengan Antam), dan PLTU Pomalaa 2x30 MW (kerja sama PTBA dengan Antam).
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.