Antam Siap Dukung Rencana Relaksasi Ekspor Terbatas Bijih Mineral
PT Antam (Persero) Tbk siap mendukung rencana relaksasi ekspor mineral secara terbatas yang digagas oleh pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Direktur Utama Antam Tedy Badrujaman mengatakan perseroan berkomitmen untuk mendukung kebijakan hilirisasi mineral pemerintah. Ia mengatakan komitmen tersebut dibuktikan dengan telah berdirinya Pabrik FeNi I, II dan III di Pomalaa, Sulawesi Tenggara; Pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan, Kalimantan Barat; dan pabrik Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia di Pulogadung, Jakarta.
"Meski demikian, Antam memiliki produksi bijih hasil tambang yang merupakan by product tambang yang belum ekonomis untuk menyuplai pabrik Antam ataupun pabrik dalam negeri lainnya. Padahal ini sangat bernilai di luar negeri sehingga bisa ada tambahan pemasukan bagi negara dan pendanaan bagi proyek pertumbuhan apabila dapat diekspor dibandingkan hanya sebagai waste tanpa nilai ekonomis," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (11/10/2016).
Tedy Badrujaman menyampaikan bijih mineral memiliki beberapa karakteristik yang tidak seluruhnya dapat diolah di dalam negeri dikarenakan keragaman teknologi pengolahan masing-masing karakteristik mineral bijih dan tingkat keekonomian yang ditentukan oleh besaran investasi dan biaya produksi.
"Adapun, pemanfaatan bijih mineral yang belum diolah tersebut dapat dilakukan melalui ekspor bijih mineral mengingat keterbatasan kapasitas pabrik pemprosesan di dalam negeri," ujarnya.
Bila diberi kepercayaan untuk mengekspor kembali, imbuhnya, Antam akan mengalokasikan bijih nikel kadar tinggi untuk seluruh smelter dalam negeri dengan harga yang lebih murah dari harga pada saat ini. Sedangkan, untuk bijih nikel yang tidak dapat dikonsumsi di dalam negeri akan diekspor.
"Bijih sisa ini mempunyai kadar yang lebih bagus dari bijih nikel dari Filipina sehingga bila bijih nikel dari Indonesia masuk ke pasar ekspor maka akan mensubstitusi bijih nikel dari Filipina," terangnya.
Disampaikan, dengan jumlah cadangan dan sumber daya nikel sejumlah 988,30 juta wmt yang terdiri dari 580,20 juta wmt bijih nikel kadar tinggi dan 408,10 juta wmt bijih nikel kadar rendah, Antam akan mampu untuk memasok kebutuhan smelter dalam negeri. Dengan demikian harga nikel akan tetap stabil dan minat investor akan tetap tinggi seperti saat ini.
"Untuk memanfaatkan cadangan dan sumber daya nikel yang dimiliki, selain melakukan penjualan bijih domestik saat ini Antam tengah melaksanakan pembangunan pabrik feronikel berkapasitas 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) di Halmahera Timur, Maluku Utara, yang direncanakan selesai pada tahun 2018," paparnya.
Untuk mengoptimalkan nilai tambah potensi bauksit yang dimiliki, ia menyampaikan bahwa saat ini Antam berkerja sama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum) sedang melaksanakan pembangunan pabrik Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Tahap 1 berkapasitas 1 juta ton di Mempawah, Kalimantan Barat, yang direncanakan selesai pada tahun 2019.
"Melalui pengoperasian SGAR, Antam, dan Inalum dapat mengolah cadangan bauksit yang ada sehingga Inalum akan memperoleh pasokan bahan baku aluminium dari dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan terhadap impor alumina sekaligus menghemat devisa," imbuhnya.
Dalam pengolahan bijih emas, lanjutnya, kegiatan hilirisasi Antam telah selesai hingga menghasilkan produk akhir emas batangan serta memasarkannya.
"Antam memiliki tambang dan pabrik pengolahan emas di Pongkor, Jawa Barat, dan Cibaliung, Banten, serta pabrik pengolahan dan pemurnian logam mulia berstandar internasional London Bullion Market Association (LBMA) yang merupakan satu-satunya fasilitas pengolahan dan pemurnian logam mulia di Indonesia yang menjamin kualitas kemurnian produk emas Antam 99,99%," pungkasnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.