Enam badan usaha milik negara (BUMN) sektor pertambangan dan minyak bumi (migas) meningkatkan alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) dibandingkan dengan tahun lalu. Sebagian kenaikan capex disebabkan karena kenaikan harga komoditas.
Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno menjelaskan, capex BUMN sektor migas dan pertambangan tahun ini meningkat karena terdapat proyek hilirisasi dan pembangunan smelter.
“Banyak program-program yang akan dijalankan,” jelasnya di Jakarta, Senin, 29 Januari 2018.
Tercatat, empat BUMN tambang menyiapkan capex tahun ini meningkat signifikan dibandingkan realisasi capex tahun lalu. Tidak berbeda, dua perusahaan migas, yakni PT Pertamina dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menyiapkan capex lebih tinggi pula dari tahun sebelumnya.
Menurut Harry, kenaikan capex BUMN migas dan pertambangan tahun ini terjadi karena meningkatnya sejumlah harga komoditas dan terdapat BUMN yang melakukan investasi bersama tahun ini.
Untuk memenuhi kebutuhan capex tahun ini, mayoritas BUMN akan menggunakan kas internal. Selain itu ada juga yang akan mencari pinjaman dan menerbitkan obligasi.
“Bukit Asam mau obligasi, kita belum tahu waktunya,” terang Harry.
Sebanyak empat BUMN sektor pertambangan tercatat menyiapkan belanja modal tumbuh signifikan. Pertumbuhan capex paling signifikan adalah PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) yang menyiapkan capex 2018 sebesar Rp4,36 triliun, meningkat 31,2 persen dari realisasi capex tahun lalu sebesar Rp1,08 triliun.
Selanjutnya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyiapkan capex 2018 sebesar Rp6,54 triliun, meningkat 264,1 persen dari realisasi tahun lalu sebesar Rp1,79 triliun. Sedangkan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) bakal menyiapkan dana sebesar Rp3,23 triliun, lebih tinggi 132,3 persen dsari realisasi capex tahun lalu sebesar Rp1,39 triliun.
Di sektor lain, PT Pertamina menyiapkan belanja modal pada 2018 sebesar US$5,59 miliar, meningkat dari realisasi capex 2017 yang senilai US$3,6 miliar. Sementara PGN menyiapkan capex US$600 juta, jauh lebih tinggi dari realisasi capex 2017 senilai US$168 juta.
Direktur Utama Pertamina, Elia Massa Manik menjelaskan bahwa Pertamina bakal mengalokasikan sebagaian besar capex tahun untuk ekspansi di sektor hulu, yakni sebesar 59 persen dari capex. Selanjutnya, alokasi capex perseroan yang terbesar lainnya untuk pemasaran dan megaproyek pengolahan dan petrokomia masing-masing sebesar 15 persen.
“Alokasi investasi yang disediakan perusahaan setiap tahun sekitar US$5-6 miliar,” jelasnya.
Dia mengatakan bahwa terdapat tantangan untuk memenuhi kebutuhan biaya ekspansi. Tetapi, perseroan telah menyiapkan solusinya dengan melakukan kemitraan strategis dan mencari pendanaan yang inovatif.
PGN menyiapkan capex sebesar US$600 juta tahun ini, meningkat dari realisasi capex tahun lalu senilai US$168 juta. Perseroan bakal menggunakan kas internal untuk memenuhi capex tahun ini.
Direktur Keuangan PGN, Nusantara Suyono, menerangkan tahun lalu sebenarnya PGN mengalokasikan belanja modal sebesar US$300 juta, tetapi hanya terserap kurang lebih separuhnya karena proyek pembangunan jaringan pipa gas Dumai-Duri baru terealisasi tahun ini.
“Jadi sebenarnya flat saja capex kita, hanya ada shifting dari proyek Dumai-Duri,” kata dia.
Nusantaara mengatakan bahwa perseroan masih memiliki cash cukup besar untuk memenuhi kebutuhan capex. Namun, apabila diperlukan perseroan akan mencari sumber dana lainnya. (AM)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.