Jakarta - Guna memenuhi pasokan energi bagi industri maka perlu upaya pengembangan energi. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Thorium.
Hal tersebut seperti yang dinyatakan oleh Menteri Perindustrian (Menperin), Saleh Husin belum lama ini di Jakarta.
“Sumber bahan baku thorium ini melimpah di Bangka Belitung (Babel),” ujarnya.
Menurut Saleh, hal ini sangat diperlukan mengingat ke depan kebutuhan energi untuk industri sangat besar dan tentu dengan harga yang kompetitif.
“Sumber daya thorium di Babel diperkirakan mencapai 170 ribu ton. Dengan perhitungan satu ton thorium mampu memproduksi 1.000 MW per tahun, maka jumlah bahan baku tersebut cukup untuk mengoperasikan 170 unit pembangkit listrik selama 1.000 tahun,” ungkapnya.
Namun, tambahnya, dari sisi total biaya produksi termasuk operasional, pembangkit listrik itu juga lebih murah karena hanya tiga sen per kWH. Sedangkan batubara mencapai 5,6 sen, gas 4,8 sen, tenaga angin 18,4 sen, dan panas matahari 23,5 sen.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.