Bisnis.com, JAKARTA - Borneo Alumina Indonesia (PT BAI) melakukan penandatanganan Kontrak Engineering, Procurement and Construction (EPC) dengan Konsorsium PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. (PT PP) dan China Aluminum International Engineering Corporation Limited (CHALIECO) di KBRI Beijing, Sabtu (11/1/2020).
Penandatanganan kontrak senilai US$695 juta atau sekitar Rp9,5 triliun ini untuk proyek pembangunan Smelter-Grade Alumina Refinery. Kesepakatan tersebut dapat dikatakan sebagai buah pertama dari kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Tiongkok di awal tahun 2020.
Momen ini menjadi penting karena 2020 merupakan tahun peringatan 70 tahun hubungan bilateral antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok. Hal ini disampaikan langsung oleh Bapak Victor S. Hardjono, Counsellor KBRI Beijing, mewakili Bapak Duta Besar RI Beijing yang sedang berada di Jakarta untuk Rapat Kerja Perwakilan RI sedunia.
"Apresiasi kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah mendukung hingga terwujudnya kontrak EPC untuk pembangunan Alumina Refinery yang telah lama menjadi cita-cita Indonesia untuk mewujudkan industri pengolahan alumunium yang mandiri", ujarnya dalam rilis Kedutaan Besar RI di Beijing, Senin (13/1/2020).
Dengan Refinery ini yang fase konstruksinya direncanakan akan selesai pada tahun 2022. Indonesia akan mampu memproduksi alumina dengan kapasitas produksi mencapai 1 juta ton per tahunnya.
Selama ini Indonesia masih bergantung pada industri pengolahan di luar negeri dengan melakukan ekspor bijih bauksit dan mengimpor alumina sebagai produk olahan bijih bauksit tersebut untuk kemudian diolah menjadi aluminium di dalam negeri. Hal ini menjadi beban biaya produksi bagi Indonesia dan rentan terhadap perubahan harga komoditas karena melakukan ekspor bahan mentah.
Refinery baru yang akan dibangun di Kabupaten Mempawah ini akan meningkatkan industri nilai tambah Indonesia dan akan menekan defisit neraca perdagangan sehingga berkontribusi positif bagi perekonomian dalam negeri.
PT BAI merupakan anak perusahaan BUMN Inalum dan Antam, sementara PT PP merupakan BUMN di berbagai proyek infrastruktur Indonesia. Antam sebagai BUMN yang melakukan eksplorasi bijih bauksit akan menjadi supplier bagi PT BAI yang kemudian akan menjual aluminanya kepada PT Inalum.
Dengan demikian, industri aluminium Indonesia dapat sepenuhnya diproduksi di dalam negeri untuk mewujudkan Indonesia Maju 2045.
Proyek ini menjadi bukti bahwa BUMN Indonesia berkontribusi nyata bagi pembangunan nasional dan sejalan dengan semangat perubahan yang sedang digalakkan pemerintah. BUMN benar-benar nyata hadir untuk negeri.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.