Bidik Pertumbuhan hingga 30 Persen, Ini Strategi PP Presisi (PPRE) pada 2020
Bisnis.com, JAKARTA - PT PP Presisi Tbk. optimistis dengan bisnis pada tahun depan sejalan dengan masih besarnya kebutuhan infastruktur di Tanah Air.
Benny Pidakso, Direktur Keuangan PP Presisi, mengakui 2019 merupakan tahun yang cukup sulit bagi sektor kontruksi. Pasalnya, perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang ini mendapatkan tekanan dari perlambatan capaian nilai kontrak baru di tengah tahun politik. Baca juga: Hingga Oktober 2019, PP Presisi (PPRE) Raih Kontrak Baru Rp3,1 Triliun
Kendati demikian, dia meyakini bisnis konstruksi akan tetap tumbuh ke depan karena kebutuhan infrastruktur di Indonesia masih besar. Begitu juga untuk tahun depan, dia perseroan memproyeksikan raihan kontrak baru bisa lebih tinggi.
"Kami expect dengan acuan growth di kisaran 20%-30%," ujarnya seusai paparan publik di Jakarta, Kamis (21/11/2019). Baca juga: PP Presisi (PPRE) Garap Proyek Jalan Angkut Batu Bara 60 Km di Kalimantan
Sejalan dengan perkirakaan raihan nilai kontrak baru yang lebih tinggi, emiten dengan kode saham PPRE ini pun juga meyakini laba bersih dan pendapatan juga bisa tumbuh lebih tinggi. Kendati demikian, Benny masih enggan membeberkan angka lebih detil.
Untuk tahun depan, PPRE akan melebarkan bisnis ke sektor pertambangan, terutama pembangunan smelter dan infrastruktur tambang nikel. Hal ini didorong oleh harga nikel yang masih baik dan rencana pengembangan baterai untuk mobil listrik.
"Untuk proyek smelter nikel sudah ada yang berjalan di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Kami juga membidik proyek lain di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah," sebutnya.
Selain itu, perseroan juga percaya diri untuk mencapai target pada tahun depan dengan kemampuan yang dimiliki di bidang civil work, ready mix, form work, pondasi dan erector. Perseroan juga berkomitmen untuk terus melakukan pengembangan bisnis, baik di sektor konstruksi maupun non konstruksi dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki.
"Kami berupaya memperluas pasar PPRE melalui peningkatan peran sebagai subkontraktor menjadi main kontraktor serta mendapatkan kontrak baru dari sektor swasta," jelasnya.
Sepanjang 9 bulan tahun ini, laba bersih PPRE tumbuh 6,01% secara tahunan. Pada periode yang sama, perseroan meraup pendapatan bersih senilai Rp2,22 triliun, naik 11,56% dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp1,99 triliun.
Pendapatan sektor konstruksi masih menjadi penyumbang utama sebesar 87,4% dan sisanya sebesar 12,6% merupakan pendapatan dari sektor non konstruksi, yaitu sewa alat berat dan jasa pertambangan. Pendapatan sektor konstruksi meningkat 13,3% dari Rp1,7 triliun menjadi Rp1,9 triliun.
Sementara itu, laba usaha naik 23,7% y-o-y menjadi Rp486,5 miliar. Peningkatan laba usaha tersebut memacu peningkatan EBITDA sebesar 35,7% y-o-y dari Rp579,3 miliar menjadi Rp786,1 miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 6,01% dari Rp189,68 miliar menjadi Rp201,08 miliar.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.