Bos Amman Sebut Pembangunan Smelter Butuh Insentif
Jakarta, Beritasatu.com - Perusahaan emas dan tembaga, PT Amman Mineral Nusa Tenggara berharap pemerintah memberikan sejumlah kemudahan pembangunan fasilitas pemurnian mineral (smelter) guna mendorong industri pengolahan di dalam negeri. Perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki Medco ini berkomitmen membangun smelter sesuai amamat Undang-Undang Mineral dan Batu Bara (Minerba).
"Kami pelaku industri ingin ada insentif pajak hingga keringanan pajak impor barang yang dibutuhkan smelter. Kemudahan ini akan membantu kami merampungkan pembangunan smelter sesuai target pada 2022," kata Presiden Direktur PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Rachmat Makkasau di sela buka bersama media di Jakarta, Kamis malam (16/5/2019).
Sejumlah tantangan dalam pembangunan smelter adalah penyiapan lokasi dan sarana infrastruktur pendukung, besarnya investasi dan rumitnya konstruksi fasilitas itu sendiri.
Menurut Rachmat Makkasau, berdasarkan skala bisnis, membangun smelter kurang menarik, karena marginnya tipis hanya sekitar 8-10 persen. Sementara perusahaan harus membangun smelter yang sedemikian komplek. Meski demikian dari sisi industri dalam negeri kata Rachmat Makkasau, akan berdampak bagus karena memicu industri pengolahan dan turunannya di dalam negeri seperti industri petrokimia, semen hingga gipsum.
amman
Tambang Batu Hijau milik Amman Mineral.
Amman Mineral berkomitmen membangun smelter di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) berkapasitas 1,3 juta ton setelah terjadi perubahan saham pengendali dari Newmont ke Medco. Desain teknik dan rekayasa awal (front end engineering design/FEED) dilakukan perusahaan asal Finlandia, Outotec. "Prosesnya dimulai 2017 dengan teknologi yang sudah teruji," kata Rachmat Makkasau.
Rachmat Makkasau berharap uji operasional (commissioning) pada pertengahan 2022 dan mencapai kapasitas maksimum pada awal 2023. "Progres pembangunan smelter per Januari 2019 sudah 13,8 persen," kata Rachmat Makkasau.
Hingga kini kata Rachmat Makkasau, pembangunan smelter Amman Mineral dilakukan sendiri tanpa menggandeng dengan mitra lain. Meski demikian ke depan tidak menutup kemungkinan Amman bekerja sama dengan pihak lain.
Rachmat Makkasau mengakui, limbah smelter bisa menjadi sumber pendapatan perusahaan. Namun hingga kini Amman masih fokus pada pemurnian konsentrat. Meski demikian ke depan, tidak menutup kemungkinan limbah smelter Amman bisa dimanfaatkan untuk industri lain seperti semen atau petrokimia.
Amman Mineral Nusa Tenggara adalah perusahaan tambang Indonesia yang mengoperasikan tambang Batu Hijau di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Tambang Batu Hijau adalah tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia dan merupakan aset berkelas dunia yang telah memproduksi 3,6 juta ton tembaga dan delapan juta ounces emas.
Pemegang saham PT Amman Mineral Nusa Tenggara adalah PT Amman Mineral Internasional (82,2 persen) dan PT Pukuafu Indah (17,8 persen). Adapun PT Amman Mineral Internasional adalah perusahaan Indonesia yang pemegang sahamnya terdiri dari PT AP Investment (50 persen) dan PT Medco Energi Internasional Tbk (50 persen).
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.